Senin, 10 Agustus 2020

Keperawatan maritim

 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN 

DENGAN PENYAKIT DIARE


Oleh kelompok II

Anang Sastiana

S. 0017. P. 003


Ayu Astuti

S. 0017.P. 010


Indayanti Hudin

S.0017. P. 018


Noperialda Anggraeni .s

S.0017.P.028


Suramadhan

S.0017. P. 037


Riski aswilan

S. 0016. P. 025





SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KARYA KESEHATAN KENDARI

PRODI S1 KEPERAWATAN

KENDARI


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas berkat dan rahmat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga kami bisa  masih bisa menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Maritim  dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah yang telah memberi tugas ini sehingga kami  dapat mengetahui dan memahami isi makalah tersebut. 

Semoga dengan adanya makalah tersebut bisa memberi wawasan tentang pentingnya Profesi Perawat dalam Masyarakat khususnya kepada saya pribadi dan teman-teman sejawat saya dan kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan sehingga kami sangat mengharapkan kritikan terhadap pembaca guna kesempurnaan penulisan makalah berikutnya. Wassalamualaikum Wr Wb.







Kendari 26 -04;2020


    penulis





DAFTAR PUSTAKA

Contents

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR PUSTAKA iii

BAB  1 5

PENDAHULUAN 5

A. Latar Belakang 5

B. Tujuan penyusunan 10

C. Manfaat 10

BAB II 11

TINJAUAN TEORI 11

A. Definisi diare 11

B. Etiologi Penyakit Diare 12

C. Manifestasi Klinis Diare 15

D. Jenis-jenis diare 18

E. Patofisiologi diare 19

F. Pathway 22

G. Komplikasi 23

H. Pemeriksaan penunjang atau diagnostik 24

I. Penatalaksanaan 27

J. Pencegahan 30

K. Konsep pengkajian 32

L. Konsep diagnosa 33

M. Konsep intervensi 34

BAB III 35

ASUHAN KEPERAWATAN 35

A. Pengkajian 35

B. Rencana asuhan keperawatan 42

C. Implementasi dan evaluasi 43


BAB IV 45

PENUTUP 45

A. Kesimpulan 45

B. Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46






















DAFTAR TABEL

Nomor 

Judul 

halaman


Tabel 1

penyebab diare akut dan kronik pada bayi, anak anak dan remaja

14


Tabel 2

Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab

17


Tabel 3

Test labolatorium tinja yang digunakan untuk mendeteksi enteropatogen

25


BAB  1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diare dapat menyebabkan kematian nomer dua di dunia (WHO, 2013).

Salah satu target MDGs adalah menurunkan angka kematian pada anak, termasuk menurunkan angka kematian yang diakibatkan oleh diare. Jika pencegahan diare tidak dilakukan dengan cepat dan berkelanjutan, maka kemungkinan sebanyak 760.000 anak akan meninggal setiap tahunnya. Tetapi jika penanganan diare dilakukan dengan cepat dan tepat, maka jumlah kematian akan menurun setiap tahunnya. 1

Penyakit diare merupakan angka kematian yang tinggi di Negara berkembang. Kurang lebih 10 juta anak usia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya di dunia dan sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (Hardi, 2012).1

Diare akut merupakan penyakit di indonesia yang masih sangat tinggi.

Dengan penderita terbanyak adalah bayi dan balita. Dari hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh kementrian kesehatan pada tahun 2007, diare akut merupakan penyebab kematian bayi (31,4%) balita (25,2%).1

Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele penanganannya. Pada kenyataannya diare dapat menyebabkan gangguan sistem ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa diantaranya adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock hipovolemia, gangguan berbagai organ tubuh dan bila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Hal penting bagi perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negatif yang ditimbulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa sekitar 55% anak-anak di Indonesia terkena diare akibat infeksi EPEC. Gejala klinis diare yang disebabkan infeksi EPEC adalah diare yang berair sangat banyak yang disertai muntah dan badan sedikit demam.

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.

Diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, demikian juga di Jawa Tengah kasus diare masih tinggi, terutama pada anak-anak. Pada tahun 2015 kasus diare di wilayah kerja puskesmas Kedungmundu Semarang mencapai 1.523 kasus dengan 250 kasus (17%) yang terjadi pada anak usia 5-14 tahun. Kelompok usia tersebut merupakan kelompok usia anak sekolah dasar. Mencuci tangan secara tepat dengan menggunakan sabun dapat mengurangi risiko penyakit diare sebesar 42 sampai 47 %.2

Menurut WHO pada tahun 2011 diare merupakan penyebab kematian nomor 3 di dunia pada anak dibawah umur 5 tahun, dengan Proportional Mortality Rate (PMR) 1,7% setelah kematian neonatal 37% dan pneumonia 19%. Pada tahun yang sama, diare di asia tenggara juga menempati urutan nomor tiga penyebab kematian pada anak di bawah umur 5 tahun dengan PMR sebesar 18% 3

Di Sulawesi tenggara jumlah perkiraan kasus diare tertinggi berada dikabupaten Kolaka dengan jumlah perkiraan 13.958 kasus dan diare yang ditangani yaitu  49.16%. dan jumlah kasus tertinggi kedua berada dikota kendari dengan jumlah perkiraan 12.510 kasus, diare yang ditangani  49.75 %. Sementara urutan ketiga berada di kabupaten muna dengan jumlah 11.547 kasus, dengan diare yang ditangani 18.81 %. 4

Pemukiman kumuh kawasan yang menjadi tempat berkembangnya diare. Padahal diperkotaan seperti Jakarta, kawasan kumuh terus berkembang, karena semakin mahal dan terbatasnya lahan yang tersedia untuk pemukiman. Tidak teratur, kondisi ventilasinya buruk, dan sanitasi lingkungan tidak terlalu baik merupakan cirri pemukiman kumuh.

Lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat menjadikan kawasan kumuh sebagai kawasan yang rawan akan penyebaran penyakit. Lingkungan yang buruk menjadi penyebab berkembangbiaknya berbagai virus penyakit menular. Karena itu berbagai infeksi penyakit sering terjadi pada para penghuni kawasan kumuh. Penyakit menular yang sering dijumpai adalah diare, diikuti dengan penyakit infeksi lainnya seperti thypoid, ispa, penyakit kulit, campak, demam berdarah(DBD) (AstutiMSA,2002). Kelangkaan air bersih menjadi sebab utama pemicu penyakit ini. Gaya hidup yang jorok, tidak memperhatikan sanitasi menyebabkan usus rentan terhadap serangan virus diare.

Kebijakan keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang dilakukan terutama oleh perawat dengan tujuan agar dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan kepada pasien akan lebih aman, meliputi asesmen resiko,identifikasi dan pengelolaan resiko pasien, serta implementasi solusi untuk mengurangi terjadinya resiko dan mencegah timbulnya cedera yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian oleh perawat dalam melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang tepat. 





Tujuan penyusunan

Mahasiswa pengetahui proses terjadinya penyakit diare

Mahasiswa mengetahui cara mencegah diare

Mahasiswa mampu merumuskan rencana asuhan keperawatan pada penyakit diare

Manfaat

Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk materi kasus penyakit diare

Bagi ilmu pengetahuan keperawatan, makalah ini dapat dijadikan sebagai update reverensi mengenai kasus penyakit diare

Dan bagi masyarakat, makalah ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang penyakit diare.








BAB II

TINJAUAN TEORI

Definisi diare

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering ( biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari .1

Jadi dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak nomal yaitu lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus .1

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa sekitar 55% anak-anak di Indonesia terkena diare akibat infeksi EPEC. Gejala klinis diare yang disebabkan infeksi EPEC adalah diare yang berair sangat banyak yang disertai muntah dan badan sedikit demam.

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.

Etiologi Penyakit Diare

Infeksi Bakteri

Beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan menyebabkan diare, 1

Aeromonas

Bacillus cereus

Campylobacter 

Clostridium perfringens

Clostridium defficile

Escherichia coli

Plesiomonas shigeloides

Salmonella

Shigella 

Staphylococcus aureus

Vibrio cholera

Vibrio parahaemolyticus

Yersinia enterocolitica1

Infeksi virus

Beberapa virus yang menyebabkan diare yaitu 

Astrovirus

Calcivirus (Notovirus, Sapovirus)

Enteric adenovirus

Corona virus 

Rota virus 

Norwalk virus1

Faktor makanan

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.1 Contohnya pada orang yang tidak dapat mencerna komponen makanan seperti laktosa ( gula dalam susu).

Reaksi obat

Contoh antibiotic, obat-obat tekanan darah, dan antasida yang mengandung magnesium. 

Parasit

Parasit  yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap dalam sistem pencernaan. Contohnya Penyakit intestinal

Berikut golongan parasit :

Balantidium coli 

Blastocytis homonis

Cryptosporidium parvum

Entamoeba histolitica

Giardia lamblia

Isospora belli

Strongyloides stercoralis

Trichuris trichiura1

Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominal. Gangguan fungsi usus, seperti sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat bekerja secara normal 

Tabel  2.1 penyebab diare akut dan kronik pada bayi, anak anak dan remaja . 5

Jenis Diare

bayi

Anak-anak

remaja


akut

Gastroenteritis infeksi sistemik akibat 

pemakaian antibiotik

Gastroenteritis keracunan makanan 

Infeksi sistemik akibat 

Pemakaian antibiotik

Gastroenteritis keracunan makanan akibat pemakaian antibiotik


kronik

Pascainfeksi defisiensi disakaridase sekunder 

Intoleransi proteinsusu 

sindrom iritabilitas colon fibrosis kistik penyakit seliakus sindrom usus pendek buatan


Pascainfeksi defisiensi disakaridase sekunder sindrom iritabilitas kolon penyakit seliak intoleransi laktosa giardiasis

Penyakit radang usus intoleransi laktosa giardiasis penyalahgunaan laksatif (anoreksia nervosa)



Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada anak dan balita. Infeksi Rotavirus biasanya terdapat pada anak-anak umur 6 bulan–2 tahun (Suharyono, 2008). Infeksi Rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak-anak kecil dan merupakan infeksi nosokomial yang signifikan oleh mikroorganisme patogen. Salmonella, Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri patogen yang paling sering diisolasi. Mikroorganisme Giardia lamblia dan Cryptosporidium merupakan parasit yang paling sering menimbulkan diare infeksius akut (Wong dkk., 2009). Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru yaitu Norwalk virus. Virus ini lebih banyak kasus pada orang dewasa dibandingkan anak-anak (Suharyono, 2008). Kebanyakan mikroorganisme penyebab diare disebarluaskankan lewat jalur fekal-oral melalui makanan, air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat.5

Manifestasi Klinis Diare

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas,  tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran.

Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suariadi  :6

Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.

Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering.

Kram abnormal.

Demam.

Mual dan muntah

Anoreksia.

Lemah.

Pucat., Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat, dan tidak ada pengeluaran urin

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)

Gambar table 2.2 Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab

Gejala

klinik

rotavirus

shigella

salmonella

ETEC

EIEC

kolera


Masa tunas

17-72 jam

24-48 jam

6-72 jam

6-72 jam

6-72 jam

48-72 jam


panas

+

+ +

+ +

-

+ +

-


Mual

muntah

sering


jarang

sering

+

-

sering


Nyeri perut

tenesmus

Tenesmus kramp

Tenesmus kolik

-

Tenesmus kramp

_


Nyeri kepala

-

+

+

-

-

-


Lamanya sakit

5-7 hari

>7 hari

3-7 hari

2-3 hari

variasi

3 hari


Volume 

sedang

sedikit

sedikit

banyak

sedikit

banyak


Frekuensi 

5-10x/hr

>10x/hr

sering

sering

sering

sering


Konsistensi 

cair

lembek

lembek

cair

Lembek 

cair


Darah 

-

sering

kadang

-

+

-


Bau 

langu

±

busuk

+

tidak

Amis khas


warna

Kuning

hijau

Merah 

hijau

kehijauan

Tak berwarna

Merah

hijau

Seperti air 

Cucian beras


leukosit

-

+

+

-

-

-


Lain-lain

anoreksia

Kejang 

Demam ±

Sepsis ±

meteorismus

Infeksi 

sistemik

±



Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut. 



Jenis-jenis diare 

Diare akut

Diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak.1

Diare bermasalah

Diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, engan alat rumah tangga. diare ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedualergi protein susu sapi. Penularan secara fecal- oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang da atau ketiga bar muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.

Diare persisten

Diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa usus. penyebab diare persisten sama dengan diare akut.



Patofisiologi diare

Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti:

Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.

Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.

Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air yang benar.

Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, VirusNorwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan Infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising usus dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau agen infeksi. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan absorpsi air serta elektrolit terganggu. Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka ada upaya untuk segera mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon memproduksi mukus dan HCO3 yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi darah.

Proses terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya :

Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime (kuman)yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yangakhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkansystem transport aktif dalam usus halus, sel di dalam mukosa intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya cairan dan elekrtolit.Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinalsehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitasintestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.6

Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air dan eletrolit ke ronga usus yang dapat meningkatkan isirongga usus sehingga terjadilah Gastroenteritis.

Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampudiserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yangmengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yangkemudian menyebabkan Gastroenteritis.

Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristalticusus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yangdapat mnyebabkan Gastroenteritis (Hidayat Azis, 2006).














Pathway




Komplikasi

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik,isotonik atau hipertonik)

Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik. 

Mal nutrisi energi ,protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan

Renjatan atau syok hipovolemik.

Gangguan elektrolit

Hipernatremia Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh krena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman.1

Hiponatremia Anak dengan diare yang hanya minum dengan air putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130 mol/L).1

Hiperkalemia Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glikonas 10% 0,5 -1 ml/kgBB i.v. pelan - pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak jantung.1

Hipokalemia Dikatakan hipokalemia bila K < 3.5 mEq/L, koreksi dilakukan

menurut kadar K jika kalium 2,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5 Diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan selama 4 jam. Dosisnya: (3,5- kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24jam) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5- kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq/kgBB).1

Pemeriksaan penunjang atau diagnostik

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik : 

 Pemeriksaan tinja 

 Makroskopis dan mikroskopis

Pemeriksaan makroskopis 

Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare.meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal.1

Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi atau bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti : E.histolytica,B.coli dan T.trichiura.Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi E.histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis- garis darah pada tinja .Tinja yang berbau busuk didpatkan pada infeksi dengan salmonella , giardia cryposporidium dan strongiloides.1

Selain itu juga melihat hasil leukosit juga dapat menentukan penyebab dari diare. Shohibaturrohmah, (2016) Leukosit mempertahankan tubuh dari serangan penyakit dengan cara memakan (fagositosis) penyakit tersebut. Begitu tubuh mendeteksi adanya infeksi maka sumsum tulang akan memproduksi lebih banyak sel-sel darah putih untuk melawan infeksi.1

Gambar tabel 2.3 Test labolatorium tinja yang digunakan untuk mendeteksi enteropatogen

Test laboratorium

Mikroskopik : lekosit pada tinja

Organism atau identifikasi

Invasive atau bakteri yang memproduksi sitotoksin


Trophozoit, kista, oocysts, spora

G. lambilia, E histolytica, cryptospsoridium. I belli cylopspora  


Rhabditiform lava

Spiral atau basil gram (-) berbentuk s

Kuntur tinja : standar


Kultur tinja : spesial

Stongyloides

Campylobacter jejuni

E. coli shigella salmonella, campylobacter jejuni

y, entero colitica, V cholera v.

parahaemolyticus, C. Difficile, E coli, 0 157 : H7


Enzym imunoassi atau latex aglutinasi


Serotyping

Latex aglutinasi setelah broth

Test yang dilakukan dilaboratorium riset

Rotavirus, G. lambilia, enteric adenovirus C, difficile 

E.colli O 157 : H7, EHEC,EPEC

Salmonella, shigella

Bakteri yang memproduksi toksin, EIEC, EAEC,PCR untuk  genus yang virulen 



Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat memberi informasi tentang penyebab diarre, letak anatomis serta adanya proses peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang mnyerang mukosa kolon. Lekosit yang positif ada pemeriksaan tinja yang menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin seperti shigella , salmonella, C. Jejuni, EIEC, C.Difficile,Y.enterocolitica, V. Parahaemolyticus dan kemungkinan aeromonas atau P.shigelloides.lekosit yang ditemukan pada umumnya adalah lekosit PMN, kecuali pada S. Typhii lekosit monokulear. Tidak semua penderita kolitis terdapat lekosit pada tinjanya, pasien yang terinfeksi dengan E. Histolytica pada umunya lekosit pada tinja minimal.

Biopsi duodenum adalah metoda yang spesifik dan sensitif untuk diagnosis giardiasis, strongylodiasis dan protozoa yang membentuk spora E. Hystolitica dapat didiagnosis dengan pemeriksaan mikroskopik tinja segar. Trophozoit biasanya ditemukan pada tinja cair sedangkan kista ditemukan pada tinja yang berbentuk. Tehnik konsentrasi dapat membantu untuk menemukan kista amuba. Pemeriksaan serial mungkin diperlukan oleh karena ekskresi kista sering menjadi intermiten. Sejumlah tes serologis amubiasis untuk mendeteksi tipe dan sekresi antibodi juga tersedia. Serologis tes untuk amuba hampir selalu positif pada disentri amuba akut dan amubiasis hati.1

pH dan kadar gula dalm tinja

Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme penyebabnya, dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

Pemeriksaan labolatorium :

Darah meliputi : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.

Urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. f)

Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit, secara kuantitatif, terutama pada pnderita diare kronik1

Penatalaksanaan

Terapi

Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare

bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit,yaitu:

Rehidrasi dengan menggunkan oralit baru. 

Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut. Zinc

Zinc mengurangi lama dan berat diare. Zinc juga dapat

mengembalikan nafsu makan anak. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.

Dosis zinc pada anak: Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) per hari Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1 tablet)per hari Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare.1

Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutakn pada air matang, ASI, atau

oralit.Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.1

ASI dan makanan tetap diteruskan.

sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu yang sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta mengganti nutrisi yang hilang.Pada diare berdarah mafsu makan akan berkurang.Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan.1

Kolostrum atau ASI mengandung zat kekebalan tubuh terutama ig A untuk melindungi bayi dari berbagai jenis penyakit infeksi terutama diare, segi aspek imunologik ASI mengandung zat anti infeksi yang kadarnya cukup tinggi, sektori ig A tidak dapat diserap tapi dapat melumpuhkan bakeri patogen E.Coli dan berbagai virus terutama di saluran cerna.Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.1

ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang abru lahir secara penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada 6 bulan pertama kehidupannya, resiko mendapatkan diare adalah 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI. Bayi yang memperoleh ASI mempunyai morbiditas dan mortalitas diare lebih rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB) mempunyai resiko lebih tinggi dibanding dengan bayi yang mendapat susus tambahan juga mendapat ASI, dan keduanya mempunyai risiko diare lebih tinggi dibanding dengan bayi yang sepenuhnya mendapatkan ASI. Risiko relatif ini tinggi dalam bulan- bulan pertama kehidupan.1

Antibiotik selektif

Antibiotik jangan diberikankecuali ada indikasi misalnya diare

berdarah atau kolera.

Nasihat kepada orang tua.

Nasehat pada ibu atau pengasuh : kembali jika demam, tinja

berdarah, berulang makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. Terapi menurut derajat dehidrasi :

Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan). Tindakan: Untuk mencegahdehidrasi,beri anak minum lebih dari biasanya. ASI (Air Susu Ibu) diteruskan – makanan diberikan seperti biasanya. Bila keadaan ank bertambah berat, segera bawa ke puskesmas terdekat.1

Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan atau sedang. Tindakan:

Berikan oralit, ASI (Air susu ibu) diteruskan, Teruskan pemberian makanan, Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang, Bila tidak ada perubahan segera bawa ke puskesmas terdekat, 

Pada anak yang mengalami dehidrasi berat. 

Segera bawa ke rumah sakit / puskesmas dengan fasilitas perawatan. Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum. 

Pencegahan

Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara: 

Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya penyegahan diare yang terbukti efektif meliputi:

a). Pemberian ASI yang benar.

b). Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI. 

c). Penggunaan air bersih yang cukup. 

d). Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air          besar dan sebelum makan.

e). Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota        keluarga.

f). Membuang tinja bayi yang benar. 

Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu( host) Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menngkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi resiko diare antara lain:

a). Memberi ASI paling tidak usia 2 tahun. 

b). Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makanan      dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.

c). Imunisasi campak. Akhir-akhir ini banyak diteliti tentang peranan       probiotik dan prebiotik dalam pencegahan diare.1














Konsep Pengkajian

pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, ,mental, sosial, maupun spiritual dapat ditentukan .1

Identitas klien 

Tanggal pengkajian : Identitas penanggung jawab :

Tanggl MRS : Nama :

No. RM : usia :

Nama : pendidikan :

Umur : pekerjaan :

Jenis kelamin : agama :

Alamat : alamat :

Diagnosa medis : hubungankeluarga :

Keluhan utama : Diare / lebih dari biasanya

Riwayat penyakit sekarang

Terdapat beberapa keluhan, pemulaan mendadak disertai dengan muntah dan feses dengan volume yang banyak, konsistensi cair, muntah ringan atau sering dan gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat dan nafsu makan menurun.1

Riwayat penyakit dahulu Sebelumnya

Riwayat perkembangan anak

Riwayat persalinan

Imunisasi

Lingkungan rumah dan komunitas

Pola fungsional kesehatan 

Pola nutrisi dan metabolic

Pola eliminasi : Pada

Pola aktifitas :

Personal hygiene: mengalami gangguan karena sering BAB

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum klien : klien lemah, panas, muntah dan diare, composmentis

Pemeriksaan TTV

Konsep Diagnosa

Kekurangan  volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare  Kode : D.00027

Difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber pengetahuan Kode :. D.00126  .

Kriteria hasil

1.  kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare Kode : D.00027

Tingkat ketidaknyamanan (2109)

Dengan kriteria hasil :

a. muntah

b. mual

c. diare

2. difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber pengetahuan Kode : D.00126  .

Pengetahuan proses penyakit (1803)

Dengan kriteria hasil :

a. tanda dan gejala komplikasi penyakit

b. manfaat manajemen penyakit

c. faktor resiko

Konsep Intervensi

Kekurangan  volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare 

Manajemen elektrolit/cairan (2080)

a. berikan cairan yang sesuai 

b. berikan serat yang diresepkan untuk pasien dengan selang makan, untuk mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare.

c. timbang berat badan harian dan pantau gejala

d. monitor tanda-tanda vital yang sesuai

e. pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan

Difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber pengetahuan


Pendidikan kesehatan (5510)

1. tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat ini pada individu, keluarga dan kelompok sasaran.

2. bantu individu keluarga, dan masyarakat untuk memperjelas keyakinan dan nilai-nilai kesehatan

3. ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak perilaku yang tidak sehat atau beresiko dari pada memberikan saran untuk menghindari atau mengubah perilaku.















BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Contoh kasus

seorang ibu membawa anaknya ke rumah sakit yang berusia 8 bulan,dengan keluhan Ibu klien mengatakan sebelum dibawa kerumah sakit kurang lebih 2 hari mengalami mencret, dalam satu hari lebih dari 6x cair dan berlendir dan muntah selama dua hari kurang lebih 5x. Pasien datang kerumah sakit dengan rujukan dari rumah sakit wijaya kusuma dengan gangguan GEA dehidrasi dan vomitus dan disarankan untuk di lakukan pemberian cairan serta dilakukan rawat inap. Saat di IGD pasien di berikan cairan infus KAEN 32tpm, pasien muntah 1x saat setelah diberikan ASI. BAB pasien saat di IGD sampai di bawa ke ruangan pasien baru di ganti diapers sebanyak 4x dengan konsistensi cair dan berlendir, BAB dan BAK di dalam diapers.

Biodata pasien 

Nama : An. A

Tanggal lahir : 06 november 2016

Umur : 8 bulan 6 hari

Jenis kelamin : perempuan

BB : 7,2 kg

PB/TB : 60 cm

Alamat : alian

Agama : islam

Pendidikan :

Suku bangsa : Tolaki

Diagnosa : GEA dehidrasi sedang

Identitas penanggung jawab

Nama : Ny. H

Umur : 24 th

Jenis kelamin : perempuan

Pekerjaan ibu :  rumah tangga

Hubungan : ibu kandung

Keluhan utama : BAB cair dan berlendir.

Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Ibu klien mengatakan sebelum dibawa kerumah sakit kurang lebih 2 hari mengalami mencret, dalam satu hari lebih dari 6x cair dan berlendir dan muntah selama dua hari kurang lebih 5x. Pasien datang kerumah sakit dengan rujukan dari rumah sakit wijaya kusuma dengan gangguan GEA dehidrasi dan vomitus dan disarankan untuk di lakukan pemberian cairan serta dilakukan rawat inap. Saat di IGD pasien di berikan cairan infus KAEN 32tpm, pasien muntah 1x saat setelah diberikan ASI. BAB pasien saat di IGD sampai di bawa ke ruangan pasien baru di ganti diapers sebanyak 4x dengan konsistensi cair dan berlendir, BAB dan BAK di dalam diapers.

Riwayat kesehatam dahulu

Ibu klien mengatakan An. AL sebelumnya belum pernah mengalami atau menderita diare dan baru kali ini dirawat dirumah sakit karena penyakit diare.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Saat pengkajian diperoleh data bahwa anggota keluarga klien yaitu dari ibu pernah mengalami penyakit diare kurang lebih 1 minggu yang lalu tetapi tidak sampai dirawat dirumah sakit.



Riwayat imunusasi

Keluarga mengatakan anak sudah mendapat imunisasi HB 0,BCG, DPT I,II,III, polio I,II,III,IV, MMR.

Riwayat tumbuh kembang

Pertumbuhan : Berat badan saat ini 7,2 kg, gigi klien sudah tumbuh depan dan bawah 4 di tambah samping atas 1 buah. Perkembangan : Anak sudah bisa belajar tengkurap sendiri, dapat menggeleng-gelengkan kepala, bisa memegang roti serta memasukanya sendiri, bisa mengungkapkan rasa gembira atau sedihnya dengan berteriak dan lain-lain sesuai pengkajian KPSP umur 6 bulan

Genogram











Kebutuhan cairan

Hasil Penghitungan Balance Cairan An. AL mulai dari tanggal 12-14 Juli 2017








 Kebutuhan kalori

Rumus : BB x 100 

:  7,2 x 100 

:  720 kkal

Pola pengkajian Gordon

1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan 

Keluarga klien mengatakan bahwa kesehatan sangatlah penting khususnya An. AL karena masih balita. Saat mengetahui anaknya mengalami mencret, muntah serta demam klien langsung dibawa ke dokter terdekat, kelurga juga mengatakan saat membersihkan BAB pada klien yaitu dengan air hangat atau tissu basah serta gerakan dimulai dari belakang kedepan.

2). Pola Nutrisi dan Metebolik 

Sebelum sakit An. AL makan sesuai porsi yang diberikan oleh ibunya 3x/hari selalu habis dan terkadang lebih, jenisnya nasi yang dihaluskan, kuah sayuran,lauk dan ASI. Selama sakit An. AL rasa haus meningkat, An. AL hanya mau minum ASI sehari kurang lebih 5x, serta air putih 3 botol dot ukuran 60 ml dan tidak nafsu makan.

3). Pola Eliminasi Sebelum sakit ibu pasien mengatakan pasien BAB sehari kurang lebih 3x dengan konsistensi lembek warna kuning bau khas, BAK sehari kurang lebih 5x dengan warna kuning bau khas. Saat sakit Ibu klien mengatakan An. AL 2 hari SMRS mengalami diare kurang lebih 5x BAB cair tidak bercampur darah, muntah pada hari 2 SMRS kurang lebih 3x. Saat diruangan An. A BAB lebih dari 5x dengan konsistensi cair dan terdapat lendir dan sudah ganti diapers selama 4x, dengan berat 500 c. Untuk BAK An. AL tidak terkaji karena di pasang diapers.1

4). Pola Aktivitas dan Latihan Sebelum

5). Pola Istirahat dan Tidur Sebelum

6). Pola Persepsi dan Kognitif Klien

B.  Analisa Data

Nama : An.a

Diagnosa : GEA dehidrasi sedang

Umur : 8 bulan 6 hari

No

Data

etiologi

problem



DS : 

Ibu klien mengatakan An. A mencret ± 2 hari dan dalam satu hari mencret lebih dari 5 kali cair.

Saat dikaji pasien BAB sebanyak kurang lebih 5x dengan konsistensi cair dan berlendir.

Ibu klien mengatakan anaknya sering meminta minum ASI maupun air putih.

DO :

-Akral hanyat

-pasien sering rewel

-pasien terlihat lemas

-TTV : suhu : 37 0C.  RR : 18 x/menit,   Nadi : 99 x/menit.


Kehilangan cairan aktif

Kekurangan Volume cairan



DS : 

Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit diare masih kurang, terutama pada penanganan saat dirumah, tanda dan gejala serta penyebab dari penyakit diare.

DO :

Jawaban dari kuisioner yang diberikan pada peneliti keluarga hanya mendapat skor 5 dari 14 pertanyaan.

kriteria kuisioner keluarga An. A pengetahuan tentang penyakit diare masih sangat rendah.

Kurangnya sumber pengetahuan

Difisiensi  pengetahuan



C. Diagnosa keperawatan

1.  kekurangan  volume cairan b.d Kehilngan cairan sekunder terhadap diare. Kode : D.00028

2. difisiensi pengetahuan b.d kurangnya sumber pengatahuan Kode : D.00126




Rencana asuhan keperawatan

Nama inisial : An.a diagnosa medis : GEA dehidrasi sedang

Umur : 8 bulan 6 hari no. register :

diagnosa

Tujuan dan Kriteria hasil(NOC)

Intervensi (NIC)


Domain : 2 nutrisi

Kelas : 5 hidrasi

Kode : 00027

kekurangan volume cairan b.d Kehilngan cairan sekunder terhadap diare.

Ditandai dengan

DS : 

Ibu klien mengatakan An. A mencret ± 2 hari dan dalam satu hari mencret lebih dari 5 kali cair.

Saat dikaji pasien BAB sebanyak kurang lebih 5x dengan konsistensi cair dan berlendir.

Ibu klien mengatakan anaknya sering meminta minum ASI maupun air putih.

DO :

-Akral hanyat

-pasien sering rewel

-pasien terlihat lemas

-TTV : suhu : 37 0C.  RR : 18 x/menit,   Nadi : 99 x/menit.


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam/menit dapat diatasi sebagai berikut :

Tingkat ketidaknyaman (2109)

Dengan kriteria hasil 

(210928) muntah skala 2 menjadi 5

(210929) mual skala 2 menjadi 4

(210930) diare skala 2 menjadi 4

Manajemen elektrolit/cairan (2080)

1. berikan cairan yang sesuai

2. berikan serat yang diresepkan untuk pasien dengan selang makan untuk mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare

3. timbang berat badan harian dan pantau gejala

4. monitor tanda-tanda vital

5. pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan


Domain : 5

Kelas : 4

Kode : 00126

difisiensi pengetahuan b.d kurangnya sumber pengetahuan

Ditandai dengan :

Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit diare masih kurang, terutama pada penanganan saat dirumah, tanda dan gejala serta penyebab dari penyakit diare.

DO :

Jawaban dari kuisioner yang diberikan pada peneliti keluarga hanya mendapat skor 5 dari 14 pertanyaan.

kriteria kuisioner keluarga An. A pengetahuan tentang penyakit diare masih sangat rendah.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam/menit. Dapat di atasi sebagai berikut

Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya sumber pengetahuan  

Pengetahuan proses penyakit (1803)

dengan kriteria hasil sebagai berikut. 

(180310) tanda dan gejala komplikasi penyakit skala 2 menjadi skala 5

(180315) manfaat manajemen penyakit sakal 2 menjadi skala 4

(180304) faktor resiko skala 2 menjadi skala 5

Pendidikan kesehatan (5510)

1. tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat ini pada individu, keluarga, atau kelompok sasaran.

2. bantu individu, keluarga dan masyarakat untuk memperjelas keyakinan dan nilai nilai kesehatan 

3. ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak perilaku yang tidak sehat atau beresiko dari daripada memberikan saran untuk menghindari atau mengubah perilaku




E. Implementasi 

Hari/tanggal

Implementasi 

Evaluasi 


Senin 13 juni 2020

-melakukan pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi 

-memberikan obat paracetamol,ampicilin.

Melakukan pengukuran TTV pasien

-mencatat intake dan autput cairan pada pasien.

-

S : ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak mengalami diare, BAB berbentuk lembek.

O : sering minum

Keadaan pasien, terlihat lemas BAB pasien dengan konsistensi lembek dan berbentuk ampas.

Suhu : 365C, RR: 23x /menit, Nadi : 99 x/menit

BC 97,8 cc/jam

A : intervensi belum teratasi

P : lanjutkan intervensi


Senin 13 juni 2020

Melakukan penyuluhan tentang penyakit diare

S : Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit diare bertambah terutama tentang penangan, tanda dan gejala serta penyebab dari penyakit diare.

O : 

- keluarga pasien sudah di berikan penyuluhan tentang penyakit diare.

-keluarga pasien melakuan pengisian kuisoner tentang penyakit diare

A. Masalah deficit keperawatan  teratasi

P. intervensi dihentikan.







BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa sekitar 55% anak-anak di Indonesia terkena diare akibat infeksi EPEC. Gejala klinis diare yang disebabkan infeksi EPEC adalah diare yang berair sangat banyak yang disertai muntah dan badan sedikit demam.

Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele penanganannya. Pada kenyataannya diare dapat menyebabkan gangguan sistem ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa diantaranya adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock hipovolemia, gangguan berbagai organ tubuh dan bila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Hal penting bagi perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negatif yang ditimbulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.

Asuhan keperawatan pada makalah ini seperti pada asuhan keperawatan yang lainya yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Dan asuhan keperawatan pada makalah ini dalam menentukan diagnosa, kriteria hasil, dan intervensi menggunakan NANDA NIC NOC 


Saran

Bagi mahasiswa, asuhan keperawatan pada makalah ini dapat dijadikan konsep dalam  pembuatan asuhan keperawatan yang update

Makalah ini juga dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang hipertensi 

Bagi ilmu keperawatan, makalah ini dapat juga dijadikan salah satu referensi untuk menambah ilmu mengenai hipertensi 





























DAFTAR PUSTAKA

1. i gede wisnu paramadita.______. Ekp. 2017;13(3):1576-1580.

2. Masyarakat JK. Fakto Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun. Vol 4.; 2016.

3. Saputri N. H UBUNGAN F AKTOR L INGKUNGAN D ENGAN K EJADIAN D IARE. J Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. 2019;10(1):101-110. doi:http://dx.doi.org/10.26751/jikk.v10i1.619

4. Bab I. PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2012. 2012.

5. Diare  asuhan keperawatan. Hubungan Persepsi Pendidikan. 2016:23-45.

6. Carpenito. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN. 2000.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar