Senin, 10 Agustus 2020

Keperawatan maritim

 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN LUKA BAKAR


Oleh Kelompok II


ANANG SASTIANA

S.0017.P.00


AYU ASTUTI

S.0017.P.00


INDAHYANTI HUDIN

S.0017.P.018


NOPERIALDA ANGGRAENI S.

S.0017.P.00


SURAMADHAN

S.0017.P.037




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN 

KARYA KESEHATAN KENDARI

PRODI S1 KEPERAWATAN

KENDARI

2020


DAFTAR PUSTAKA

Contents

DAFTAR PUSTAKA ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

A. Latar belakang 1

B. Tujuan penyusunan 2

C. Manfaat 3

BAB II 4

TINJAUAN TEORI 4

A. Definisi luka bakar 4

B. Klasifikasi 4

C. Anatomi fisiologi Kulit 7

D. Etiologi 9

E. Patofisiologi 10

F. Pathway 11

G. Manifestasi Klinis 12

H. Pemeriksaan Penunjang 12

I. Penatalaksanaan Luka Bakar 12

J. Komplikasi 14

BAB III 15

KONSEP KEPERAWATAN 15

A. Pengkajian 15

B. Diagnosa 15

C. Kriteria Hasil 16

D. Intervensi 16

BAB IV 18

ASUHAN KEPERAWATAN 18

A. Kasus 18

B. Pengkajian 18

C. Analisa data 20

D. Diagnose 21

E. Rencana asuhan keperawatan keperawatan 22

F. Implementasi & evaluasi 25

BAB V 28

PENUTUP 28

A. Kesimpulan 28

B. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29



DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman


Tabel 1.

Klasifikasi luka menurut kedalaman

4


Tabel 2.

Analisa data

20


Tabel 3. 

Rencana asuhan keperawatan

22


Tabel 4. 

Implementasi dan evaluasi

25



DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman


Gambra 1.

Wallence rule of nine

6


Gambra 2.

Bagian-bagian kulit

8


Gambra 3.

Presentase etiologi

9


Gambra 4.

Area luka bakar

20





BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap paparan yang berasal dari sumber panas, listrik, zat kimia, dan radiasi(1). Luka bakar adalah salah satu masalah kulit yang sering dihadapi oleh manusia. Luka bakar berada diposisi ketiga sebagai penyebab kematian akibat kecelakaan, setelah kecelakaan kendaraan bermotor dan senjata api(2).  Luka bakar adalah luka karena energi panas atau bahan kimia, radiasi atau elektrik yang dapat menyebabkan kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh. Skala berat dan ringannya luka bakar dilihat dari seberapa dalam dan luasnya area tubuh yang mengalami luka(3). Dengan demikian luka bakar dapat diartikan sebagai respon kulit dan jaringan yang disebabkan energi panas atau bahan kimia, radiasi atau elektrik yang menjadi salah satu masalah kulit dan menjadi salah satu penyebab terbesar kematian setelah kecelakaan kendaraan bermotor dan senjata api.

Berdasarkan catatan word healt organitation (WHO), 195.000 kematian/tahun diseluruh dunia terutama negara miskin dan berkembang disebabkan karena luka bakar(4). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013 didapatkan prevalensi dari cedera terbakar memiliki proporsi tertinggi sebanyak 2%  di Papua dan terendah sebanyak 0,0 % (tanpa kasus) di Kalimantan Timur(2). Sedangkan data dari Departemen Kesehatan RI (2012), prevalensi cedera terbakar di Indonesia sebanyak 2,2 % (2). Menurut tim pusbankes 118 persi diy (2012) angka kematian akibat luka bakar diindonesia berkisar 37-39%. Diindonesia angka kejadian luka bakar cukup tinggi, lebih dari 250 jiwa per tahun meninggal akibat luka bakar(5). 

Luka bakar juga akan menimbulkan gejala berupa nyeri, pembengkakan, dan terbentuknya lepuhan Semua luka bakar (kecuali luka bakar ringan atau luka bakar derajat I) dapat menimbulkan komplikasi berupa shock, ketidakseimbangan elektrolit, infeksi sekunder, kekurangan volume cairan dan, hypermetabolisme, masalah Pernafasan, depresi, kecacatan dan kematian (1,5). Permasalahan yang dialami oleh penderita luka bakar selain komplikasi adalah rasa nyeri selama proses penyembuhan. Sakit yang menimbulkan rasa nyeri akan menimbulkan masalah tidur pada anak. Seseorang yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama dari pada keadaan normal pada saat tidur terjadinya proses repair pada otak dan lebih dari 75% hormon pertumbuhan diproduksi.(1).

Sebelum perawat memberikan penanganan/pengobatan, perawat terlebih dahulu melakukan pengkajian melalui pendekatan head to toe (pemeriksaan fisik), keluarga, sosial dan lainnya dengan harapan ketika melakukan tindakan selanjutnya tidak ada kesalahan data pasien dan tahap berikutnya dapat dilakukan dengan tepat sesuai masalah kesehatan yang ada. Penerapan proses keperawatan yaitu pengkajian pasien dengan masalah luka bakar, pengkajian akan menghasilkan data yang aktual sehingga pada proses keperawatan selanjutnya dilakukan dengan baik dan benar. Dengan demikian pasien akan menerima layanan kesehatan yang berkualitas dan dapat meningkatkan derajat kesehatan pasien(6).

Kebijakan keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang dilakukan terutama oleh perawat dengan tujuan agar dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan kepada pasien akan lebih aman, meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk mengurangi terjadinya resiko dan mencegah timbulnya cedera yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kelalaian oleh perawat dalam melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang tepat(7).

Tujuan penyusunan

Mahasiswa mengetahui proses terjadinya luka bakar

Mahasiswa mengetahui cara mencegah kejadian luka bakar

Mahasiswa mampu merumuskan rencana asuhan keperawatan pada kasus luka bakar



Manfaat

Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk materi kasus luka bakar

Bagi masyarakat, makalah ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang luka bakar, sehingga masyarakat dapat mengetahui apa itu luka bakar, penyebab, tenda dan gejala, komplikasi dan lain sebagainya

Bagi Ilmu pengetahuan keperawatan, makalah ini dapat dijadikan sebagai update referensi mengenai kasus luka bakar


BAB II

TINJAUAN TEORI

Definisi luka bakar

Luka bakar atau combustio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat serangan listrik, akibat bahan- bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) dan suhu yang sangat rendah(8). Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi(6). 

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan dimana terjadinya kontak dengan sumber seperti api, air panas, listrik, dan radiasi dengan suhu yang sangat tinggi. Saat terjadi kontak dengan sumber termis (penyebab lainnya), terjadi proses reaksi kimiawi yang menguras energi dari jaringan sehingga sel tereduksi dan mengalami kerusakan. Panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan kerusakan topikal namun juga memiliki efek sistemik. Perubahan ini khusus terjadi pada luka bakar dan umumnya tidak ditemui pada luka yang disebabkan oleh cedera lain(4). Luka bakar adalah luka yang ditandai dengan kerusakan atau kehilangan jaringan kulit yang disebabkan oleh kontak dengan sumber energy panas, sengatan listrik, bahan kimia maupun radiasi.

Klasifikasi

Klasifikasi luka menurut kedalaman

Jenis

Lapisan yang dilibatkan

Tampilan

Tekstur

Sensasi

Waktu penyemb uhan

Prognosis


Superfisial

(derajat 1)

Epidermis 

Merah tampah lepuh

Kerin g

Nyeri

5-10 hari

Sembuh dengan baik : sengatan matahari yang berulang, meningkatk an risiko kanker kulit dikemudian hari


Agak superfisial, mengena i

Sebagian lapisan kulit (derajat II)

Meluas ke lapisan dermis (kapiler) superfisial

Merah dengan lepuh yang jelas, pucat dengan tekanan

Lembab

Sangat nyeri

Kurang dari 2-3 minggu

Infeksi lokal/sepuit is tapi biasanya tampah parut


Cukup dalam, mengenaI sebagian lapisan kulit (derajat II)

Meluas ke lapisan dermis (retikuler) dalam

Kuning atau putih. lebihtid akpucat . Mungki nlebih melepuh

Agak kering

Tekanan dan tidak nyaman

3-8 minggu 

Parut, kerut (mungkin memerlukan  ksisi dan cangkok kulit


Seluruh lapisan kulit(derajat III)

Meluaske seluruh lapisan dermis

Kaku dan putih/coklat tidak pucat

kasar

Tidak nyeri

Lama (berbulan-bulan) dan tidak sempurna

Parut, kerut, ambutasi, (eksisidini dianjurkan )


Derajat IV

Meluas ke seluruh lapisan kulit, dan kedalam lapisan lemak, otot dan tulang di bawahnya

Hitam hangus dengan eksar

kering

Tidak nyeri

Perlu insisi

Ambutasi gangguan fungsional yang signifikan dan, dalam beberapa kasus, kematian


Tabel 1. Klasifikasi luka menurut kedalaman(5)

Klasifikasi luka bakar berdasarkan luasnya, Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan wallace rule of nine yaitu :

Kepala dan leher : 9%

Lengan masing-masing 9% :18%

Badan depan 18%, badan bagian belakang :36%

Tungkai masing-masing 18 :36%

Genitalia/perineum :1%









Gambar 1. Wallence rule of nine(8)

Klasifikasi luka bakar berdasarkan berat ringan

Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :

Tingkat II : kurang dari 15% total bodysurface area pada orang dewasa atau kurang dari 10% total bodysurface area pada anak- anak

Tingkat III : kurang dari 2% total bodysurface area yang tidak disertai komplikasi .

Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) 

Tingkat II :15% - 25% total bodyserface area pada orang dewasa atau kurang dari 10% - 20% total body pada area anak.

Tingkat III: kurang dari 10% total bodysurface area yang tidak disertai komplikasi

Yang termasuk luka bakar kritis (mayor) : 

Tingkat II 32% : Total bodysurface area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari 20% total bodysurface area pada anak- anak.

Tingkat III : 10% atau lebih • Luka bakar yang melibatkan muka, lengan, mata, telinga kaki dan perineum.

 Luka bakar pada jalan pernapasan atau adanya komplikasi pernapasan.

Luka bakar sengatan listrik(elektrik).

Luka bakar yang ditandai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti luka jaringan lunak, fraktur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya.

Anatomi fisiologi Kulit

Kulit adalah ‘selimut’ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu epidermis (kulit ari) sebagai lapisan yang paling luar dan Dermis (korium, kutis, kulit jangat). Sedangkan subkutis atau jaringan lemak terletak dibawah dermis(9).

Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak lengan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Karena ukurannya yang tipis, jika kita terluka biasanya mengenai bagian setelah epidermis yaitu dermis. Dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin. Serabut kolagen dapat mencapai 72 persen dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak(9).

Pada bagian dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit. Adneksa kulit merupakan struktur yang berasal dari epidermis tetapi berubah bentuk dan fungsinya, terdiri dari folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan serabut saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis)(9).


Gambar 2. Bagian-bagian kulit(9)

Sama halnya dengan jaringan pada bagian tubuh lainnya, kulit juga melakukan respirasi (bernapas), menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Namun, respirasi kulit sangat lemah. Kulit lebih banyak menyerap oksigen yang diambil dari aliran darah, dan hanya sebagian kecil yang diambil langsung dari lingkungan luar (udara). Begitu pula dengan karbondioksida yang dikeluarkan, lebih banyak melalui aliran darah dibandingkan dengan yang diembuskan langsung ke udara(9).

Meskipun pengambilan oksigen oleh kulit hanya 1,5 persen dari yang dilakukan oleh paru-paru, dan kulit hanya membutuhkan 7 persen dari kebutuhan oksigen tubuh (4 persen untuk epidermis dan 3 persen untuk dermis), pernapasan kulit tetap merupakan proses fisiologis kulit yang penting. Pengambilan oksigen dari udara oleh kulit sangat berguna bagi metabolisme di dalam sel-sel kulit. Penyerapan oksigen ini penting, namun pengeluaran atau pembuangan karbondioksida (CO2) tidak kalah pentingnya, karena jika CO2 menumpuk di dalam kulit, ia akan menghambat pembelahan (regenerasi) sel-sel kulit(9).

Etiologi

Luka bakar disebabkan oleh dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut mungkin di pindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar, beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misalnya suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas: api, air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup Faktor yang mempengaruhi beratnya luka bakar antara lain :

Keluasan luka bakar 

Kedalaman luka bakar

Umur pasien

Agen penyebab 

Fraktur atau luka lain yang menyertai

Penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes, ginjal, jantung, dll.

Obesitas 

Adanya trauma inhalasi



Gambar 2. Presentase etiologi(8)



Patofisiologi

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya. 

Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstra vaskuler melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera dilengani. Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal dan GFR (Rate Filtrasi Glomerulus) akan menurun sehingga haluaran urine meningkat. Jika resitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal dan apabila resitasi cairan adekuat, maka cairan interstisial dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase diuresis(5).









Pathway

























Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar sesuai dengan kerusakannya(5): 

Grade I : Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3-7 dan tidak ada jaringan parut.

Grade II : Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema subkutan, luka merah, basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh dalam 28 hari tergantung komplikasi infeksi.

Grade III : Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah keputihan dan hitam keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri maka perlu Skingraf.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah(5) :

Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.

Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi 

Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi 

Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cedera jaringan, hipokalemia terjadi bila diuresis.

Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan 

Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan 

EKG : Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar 

Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

Penatalaksanaan Luka Bakar

Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang dilakukan antara lain terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topikah karena eschar tidak dapat ditembus dengan pemberian obat antibiotik sistemis. Pemberian obat- obatantopikah anti mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan pemberian obat-obatan topikah secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih terjadi penyebab kematian pasien.

Tatalaksana resusitasi luka bakar 

Tatalaksana resusitasi jalan napas 

Inkubasi : tindakan inkubasi dikerjakan sebelum edema mukosa

Krikotiroidomi :bertujuan sama dengan inkubasi hanya dianggap agresif

Pemberian oksigen 100% 

Perawatan jalan napas 

PenghiasanSecret 

Pemberian terapi inhalasi 

Bilasan bronkoalveolor 

Perawatan rehabilitatif untuk respirtif 

Eskarotomi

Tatalaksana resusitasi cairan 

Cara Evans 

Cara baxter

Resusitasi nutrisi Pada pasien luka bakar,pemberian nutrisi enteral sebaiknya dilakukan sejak dini

Penanganan Luka 

Pendinginan luka 

Debridemen 

Tindakan pembedahan 

Split cangkok kulit 

Flap

Terapi manipulasi lingkungan 

Fase inflamasi 

Fase fibrolastic 

Fase maturbasi

Komplikasi

Segera Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial ( luka bakar pada ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar pada toraks hipoksia dari gagal napas restriktif) ( cegah dengan eskaratomi segera)(5).

Awal 

Infeksi ( waspadai steptococcus ) obati infeksi yang timbul ( 10% organisme pada biopsi luka ) dengan antibiotik sistemis.

Ulkus akibat stres ( ulkus cerling) ( cegah dengan antasida, broker H2 atau inhibitor pompa proton profilaksis)

Hiperkalsemia ( dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan insulin, dekstrosa.
















BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

Pengkajian

Pada data pengkajian tergantung pada tipe, berat dan permukaan tubuh yang terkena, antara lain(5) :

Aktivitas / Istirahat

Tanda : Penundaan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak, perubahan tonus.

Sirkulasi

Tanda : Hipotensi (syok), perubahan nadi distal pada ekstremitas yang cedera, kulit putih dan dingin (syok listrik), edema jaringan, disritmia.

Integritas ego 

Tanda dan Gejala : Kecacatan, kekuatan, menarik diri

Eliminasi 

Tanda : diuresis, haluaran urine menurun fase darurat, penurunan mobilitas usus.

Makanan / Cairan

Tanda : edema jaringan umum, anoreksia, mual dan muntah

Neurosensori 

Gejala : area kebas, kesemutan 

Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, aktivitas kejang, paralisis (Cedera aliran listrik pada aliran Saraf)

Nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri, panas

Pernafasan 

Gejala : Cedera inhalasi (terpajan lama)

Tanda : serak, batuk, sianosis, jalan nafas atas stridor bunyi nafas gemiricik, ronkhiSecret dalam jalan nafas

Keamanan Tanda :

destruksi jaringan, kulit mungkin coklat dengan tekstur seperti : lepuh, ulkus, nekrosis atau jaringan parut tebal.

Diagnosa

Difisit volume cairan b.d hambatan mengakses cairan, asupan cairan kurang, kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan

Nyeri akut b.d agen cedera kimiawi.

Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, penurunan kendali otot, penurunan ketahanan otot, nyeri.

Kerusakan integritas jaringan kulit b.d kekurangan volume cairan, agen cedera kimiawi

Risiko infeksi dengan factor risiko gangguan integritas kulit


Kriteria Hasil

Difisit volume cairan b.d hambatan mengakses cairan, asupan cairan kurang, kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan.

Hidrasi: Turgor kulit, intake cairan, output urine.

Nyeri akut b.d agen cedera kimiawi.

Tingkat ketidak nyamanan: Nyeri, cemas, depresi

Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, penurunan kendali otot, penurunan ketahanan otot, nyeri.

Pergerakan: keseimbangan, gerakan otot, gerak sendi

Kerusakan integritas jaringan kulit b.d kekurangan volume cairan, agen cedera kimiawi

Integritas jaringan; Kulit & membrane Mukosa: Sensasi, elastisitas, hidrasi, kering, integritas kulit.

Risiko infeksi dengan factor risiko gangguan integritas kulit

Penyembuhan luka bakar: presentase kesembuhan area luka bakar, granulasi jaringan, pergerakan sendi yang terkena.

Intervensi

Difisit volume cairan b.d hambatan mengakses cairan, asupan cairan kurang, kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan.

Manajemen cairan:

Kaji lokasi dan luasnya edema jika ada

Berika cairan dengan tepat

Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan

Tingkatkan asupan oral

Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam memberikan makan dengan baik

Nyeri akut b.d agen cedera kimiawi.

Menejement nyeri:

Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan factor pencetus

Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalam nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri.

Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidak nyamanan akibat prosedur

Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang tepat

Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, penurunan kendali otot, penurunan ketahanan otot, nyeri.

Terapi;latihan ambulasi:

Beri pasien pakean yang tidak mengekang

Sediakan tempat tidur yang berketinggian rendah

Bantu pasien untuk duduk disisi tempat tidur untuk memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh

Bantu pasien untuk ambulasi awal jika diperlukan.

Kerusakan integritas jaringan kulit b.d kekurangan volume cairan, agen cedera kimiawi

Perawatan luka: 

Monitor karakteristik luka, termaksut drainase, warna, ukuran, dan bau

Ukur luas luka yang sesuai

Bersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun dengan sesuai

Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi

Risiko infeksi dengan factor risiko gangguan integritas kulit

Kontrol infeksi:

Bersihkan lingkungan dengan baiksetelah digunakan untuk setiap pasien

Anjurkan pasien mengenai tehnik mencuci tangan dengan tepat

Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat universal

Pakai sarung tangan steril yang tepat













BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Seorang pasien Pria bernama Tn. R Berusia 24 tahun, datang dirumah sakit pada tanggal 10 mei 2020, jam 06.15 WITA dengan keluhan mengalami luka dibagian lengan kanan depan. Luka tersebut terjadi saat pasien hendak menganti air radiator mesin kapal yang dimilikinya yang masih dalam keadaan panas. Kemudian pasien dilarikan ke rumah sakit terdekat guna mendapatkan pertolongan. Saat berada dilokasi kejadian, warga sempat memberikan pertolongan pertama pada Tn. R dengan cara menyiram area yang terkena luka dengan air mengalir sebelum akhirnya pasien dibawa ke rumah sakit.

Pengkajian

Biodata pasien

Nama : Tn. R

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir/usia : Meluhu, 13 Mei 1996

Alamat : Kel. Meluhu, Kec. Meluhu

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Suku bangsa/ras : Tolaki

Pendidikan terakhir : SMA sederajat

Diagnosa medis : Combustio

Identitas keluarga/wali

Nama : Tn. A

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 56 tahun

Alamat : Kel. Meluhu, Kec. Meluhu

Hubungan keluarga dengan pasien : Orang tua pasien

Riwayat kesehatan

Keluhan utama saat MRS : klien mengeluh nyeri pada bagian lengan

 kanan depan akibat tersiram air panas

Keluhan utama saat pengkajian : klien mengeluh nyeri pada bagian lengan

 kanan depan akibat tersiram air panas

Riwayat keluhan utama : nyeri akibat tersiram air panas, dirasakan

 seperti terbakar pada area lengan kanan

 skla 6 depan dan dirasakan terus

 menerus. Klien nampak melindungi area

 yang terkena air panas serta klien juga

 nampak meringis

Riwayat kesehatan sekarang : Klien Mengalami luka bakar pada bagian

 lengan kanan bagian depan akibat

 siraman air panas.

Riwayat penyakit yang pernah diderita : -

Kebiasaan : Minum kopi

Riwayat alergi : alergi makanan (udang, kepiting dan

 cumi-cumi)

Riwayat kehamilan : -

Riwayat kesehatan keluarga

Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Keadaan Umum : GCS 15 (composmetis)

Td : 120/80 MmHg

N : 100 X/Menit

S : 36,8o C

R : 18 X/Menit

Pengkajian fisik (integumen)

Inspeksi

Edema : Lengan depan bawah mengalami edema kulit

Diaphoresis :

Kelembapan kulit : basah

Warna kulit : merah (lengan depan atas), merah kehitaman (lengan

 depan bawah

Drainase :

Balutan : -

Ulkus/luka : luka pada bagian lengan depan 

Kelainan rambut : -

Kelainan kuku : -

Palpasi

Suhu : hangat

Turgor : -

Nyeri tekan : nyeri pada bagian lengan kanan depan





Gambaran area luka tampak depan


Gambar 4. Area luka bakar

Catatan: Luka yang dialami oleh pasien berada pada bagian lengan kanan depan seluas 4,5%, grade I dan II. Sebagian lengan kanan depan pasien terjadi bulae (bagian bawah) dan sebegaian lagi hanya mengalami kemerahan saja.

Analisa data

Nama : Tn. R

Dignosa : Combustio

Umur : 24 th

No

Data

Etiologi

Problem


1. 

Ds:

Klien mengeluh nyeri akibat tersiram air panas, dirasakan seperti terbakar pada area lengan kanan depan skala 6 dan dirasakan terus menerus. Klien juga melindungi area nyeri serta nampak meringis.


Do:

Ada luka bakar pada lengan kanan depan, kulit merah dan terasa hangat, ada edema kulit pada lengan kanan atas bagian depan serta nyeri tekan pada bagian luka.

TTV

Td : 120/80 MmHg

N : 100 X/Menit

S : 36,8o C

R : 18 X/Menit


Luka bakar



Kerusakan jaringan kulit



(epidermis, dermis)



Merangsang syaraf perifer



Nyeri akut

Nyeri akut b.d agen cedera kimiawi


2. 

Ds:

Klien mengeluh nyeri akibat tersiram air panas, dirasakan seperti terbakar pada area lengan kanan depan skala 6 dan dirasakan terus menerus. Klien juga melindungi area nyeri serta nampak meringis.


Do:

Terdapat luka bakar pada bagian lengan kanan depan 4,5% grade I dan grade II, kulit sebagian tampak merah dan sebagian lagi Nampak merah kehitaman


Luka bakar



Kerusakan jaringan kulit



(epidermis, dermis)



Kerusakn integritas jaringan



Kerusakn integritas jaringan kulit b.d agen cedera kimia



3.

Do:

Terdapat luka bakar pada bagian lengan kanan depan 4,5% grade I dan grade II, kulit sebagian tampak merah dan sebagian lagi Nampak merah kehitaman


Luka bakar



Kerusakan jaringan kulit



(epidermis, dermis)



Port the entry microorganism



Risiko infeksi

Risiko infeksi dengan factor risiko gangguan integritas kulit


Table 2. analisa data

Diagnose 

Nyeri akut b.d agen cedera kimiawi

Kerusakn integritas jaringan kulit b.d agen cedera kimia

Risiko infeksi dengan factor risiko gangguan integritas kulit



Rencana asuhan keperawatan keperawatan


Nama Inisial Pasien : Tn. R Diagnosa Medis : Combustio

Umur : 24 Th No. Register


NO

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

& Kriteria Hasil (NOC)

Intervensi (NIC)



Domain :12 Kenyamanan

Kelas    : 1 Kenyamanan fisik

Kode    : 00132

Nyeri akut b.d agen cedera kimiawi

ditandai dengan :

DS : 

Klien mengeluh nyeri akibat tersiram air panas, dirasakan seperti terbakar pada area lengan kanan depan skala 6 dan dirasakan terus menerus. Klien juga melindungi area nyeri serta nampak meringis.

Do:

Ada luka bakar pada lengan kanan depan, kulit merah dan terasa hangat, ada edema kulit pada lengan kanan atas bagian depan serta nyeri tekan pada bagian luka.

TTV

Td : 120/80 MmHg

N : 100 X/Menit

S : 36,8o C

R : 18 X/Menit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24  jam/menit :

Tingkat ketidaknyamanan  (2109) (skala 1 :berat, 2 : cukup berat, 3 :sedang, 4 : ringan, 5 : tidak ada), 


dengan kriteria :

nyeri (skala 3  menjadi 4)


Intervensi Keperawatan 

Menejemen nyeri (1400)

Aktivitas Keperawatan 

Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan factor pencetus

Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalam nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri.

Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidak nyamanan akibat prosedur

Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang tepat



Domain : 11 Keamanan/perlindungan

Kelas    : 2 cedera fisik

Kode    : 00046

Kerusakn integritas jaringan kulit b.d agen cedera kimia

ditandai dengan :

Ds:

Klien mengeluh nyeri akibat tersiram air panas, dirasakan seperti terbakar pada area lengan kanan depan skala 6 dan dirasakan terus menerus. Klien juga melindungi area nyeri serta nampak meringis.


Do:

Terdapat luka bakar pada bagian lengan kanan depan 4,5% grade I dan grade II, kulit sebagian tampak merah dan sebagian lagi Nampak merah kehitaman


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24  jam/menit :

Integritas jaringan; Kulit & membrane Mukosa (1101)  (skala 1 :sangat terganggu, 2 : banyak terganggu, 3 : cukup terganggu, 4 : sedikit terganggu, 5 : tidak terganggu), 


dengan kriteria :

Suhu kulit (skala 3 menjadi 4)

sensasi (skala 3 menjadi 4 )


Intervensi Keperawatan 

Perawatan luka (3660)

Aktivitas Keperawatan :

Monitor karakteristik luka, termaksut drainase, warna, ukuran, dan bau

Ukur luas luka yang sesuai

Bersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun dengan sesuai

Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi




Domain : 11 Keamanan/perlindungan

Kelas    : 1 infeksi

Kode    : 00004

Risiko infeksi dengan factor risiko gengguan integritas kulit

ditandai dengan :

Do:

Terdapat luka bakar pada bagian lengan kanan depan 4,5% grade I dan grade II, kulit sebagian tampak merah dan sebagian lagi Nampak merah kehitaman


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24  jam/menit :

Penyembuhan luka bakar (1106)  (skala 1 :sangat besar, 2 : besar, 3 :sedang, 4 : terbatas, 5 : tidak ada), 


dengan kriteria :

nyeri (skala 3 menjadi 4)

infeksi (skala 3 menjadi 4 )

kulit melepuh (skala 3 menjadi 4 )


Intervensi Keperawatan 

Kontrol infeksi (6540)

Aktivitas Keperawatan :

Bersihkan lingkungan dengan baiksetelah digunakan untuk setiap pasien

Anjurkan pasien mengenai tehnik mencuci tangan dengan tepat

Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat universal

Pakai sarung tangan steril yang tepat



Tabel 3. Rencana asuhan keperawatan


Implementasi & evaluasi

Nama Inisial Pasien : Tn. R Diagnosa Medis : Combustio

Umur : 24 Th No. Register

Diagnosa Keperawatan

Implementasi 

Evaluasi



Jam

Tanggal : 10 Mei 2020

Hari/tanggal: 13 mei 2020

Jam : 06.30


Domain :12 Kenyamanan

Kelas    : 1 Kenyamanan fisik

Kode    : 00132

Nyeri akut b.d agen cedera kimiawi


07.00

Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan factor pencetus

Hasil : Ada luka bakar pada lengan kanan depan, kulit merah dan terasa hangat, ada edema kulit pada lengan kanan atas bagian depan serta nyeri tekan pada bagian luka dan juga rasa nyeri yang terus menerus

Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalam nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri.

Hasil : pasien merasakan nyeri secara terus-menerus pada area lengan kanan depan

Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidak nyamanan akibat prosedur

Hasil : Nyeri yang dirasakan timbul akibat kontak dengan air panas secara langsung dan mengakibatkan respon syaraf perifer

Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang tepat 

Hasil : pemberian ketorolac

S: klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang

O:  pasien tidak Nampak meringis, serta tidak melindungi area nyeri

TTV

Td : 120/80 MmHg

N : 80 X/Menit

S : 36,8o C

R : 18 X/Menit

A: masalah teratasi

P: pasien pulang intervensi dihentikan



Domain : 11 Keamanan/perlindungan

Kelas    : 2 cedera fisik

Kode    : 00046

Kerusakn integritas jaringan kulit b.d agen cedera kimia



Memonitor karakteristik luka, termaksut drainase, warna, ukuran, dan bau

Hasil : kulit sebagian tampak merah dan sebagian lagi Nampak merah kehitaman

Mengukur luas luka yang sesuai

Hasil : Terdapat luka bakar pada bagian lengan kanan depan 4,5% grade I dan grade II,

Membersihkan dengan normal saline atau pembersih yang tidak beracun dengan sesuai

Hasil : luka dibersihkan dengan larutan NaCl 0,9%

Mengoleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi

Hasil : salep yang diberikan adalah bioplasenton

S: klien mengatakan nyeri berkurang, tidak ada lagi sensasi terbakar

O:bulae pada lengan mulai berkurang namun masih terdapat luka, suhu kulit baik.

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dihentikan pasien pulang



Domain : 11 Keamanan/perlindungan

Kelas    : 1 infeksi

Kode    : 00004

Risiko infeksi dengan factor risiko gengguan integritas kulit



Membersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien

Hasil : lingkungan dibersihkan setelah digunakan oleh setiap pasien

Menganjurkan pasien mengenai tehnik mencuci tangan dengan tepat

Hasil : pasien diajarkan tehnik mencuci tangan 6 langkah

Melakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat universal

Hasil : pembatasan pengunjung, sterilisasi alat, mencuci tangan 6 langkah dan control lingkungan

Memakai sarung tangan steril yang tepat

Hasil : sarung tangan steril digunakan

S: klien mengatakan merasa nyaman dengan lingkungan

O: lingkungan terkendali, namun masih terdapat luka sebagai factor risiko

A: masalah teratasi

P: intervensi dihentikan pasien pulang



Tabel 4. Implemetansi & evaluasi

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Pada asuhan keperawatan kasus luka bakar yang telah dipaparkan di atas menjukan bahwa intervensi yang diterapkan berhasil mengatasi beberapa masalah, meskipun ada beberapa masalah yang belum sempat teratasi dikarenakan pasien meminta untuk pulang. Sekalipun intervensi diatas masih belum menyelesaikan masalah sepenuhnya, namun intervensi tersebut dapat dipertahankan.

Saran

Bagi mahasiswa, intervensi yang dilakukan diatas dapat diterapkan untuk kasus luka bakar. Namun, tetap harus disesuaikan dengan kasus yang ada sehingga dibutuhkan pengembangan materi selanjutnya.

Bagi ibu/bapak dosen, saya sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahn-kesalahan didalamnya sehingga kami mengharapkan bimbingan dari bapak ibu dosen dalam menyusun makalah yang lebih baik lagi kedepannya.











DAFTAR PUSTAKA


1. SAFITRI ED. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Dengan Intervensi Inovasi Pemberian Aromaterapi Mawar Dan Terapi Murottal Al-Quran Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Pada Pasien An. D Dengan Combustio Di Ruang Picu Rsud Abdul Wahab Sjahranie Tahun 2017. 2017; 

2. Marissa K. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Combustio Dengan Inovasi Intervensi Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Terhadap Respon Adaptasi Psikologis Di Ruang Intensive Care Unit (Icu) Rsud Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. 2017; 

3. Lucia Anik Purwaningsih EMR. Respon Adaptasi Fisiologis Dan Psikologis Pasien Luka Bakar Yang Diberikan Kombinasi Alternative Moisture Balance Dressing Dan Seft Terapi Di Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta. IEEE Int Conf Acoust Speech, Signal Process 2017. 2017;41(2):84–93. 

4. Novi Rimba sari, Yogie Irawan MMLJ. Pengaruh Pemberian Sediaan Emulgel Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff).Boerl.)Dengan Kitosan Sebagaigelling Agent Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Tikus. 2016; 

5. LEDOH OO. Asuhan Keperawatan Pada Tn A.N Dengan Combutio Diruang Asoka Rsud Prof Dr W.Z Yohanes Kupang. 2019; 

6. Harvita SRI, Marpaung S. Pelaksanaan proses pengkajian keperawatan pada pasien luka bakar. 2019; 

7. Juniasti M. Kebijakan keselamatan pasien pada pasien luka bakar. 2017; 

8. Susianti SWK. Luka Bakar Derajat II-III 90 % karena Api pada Laki-laki 22 Tahun di Bagian Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek Lampung. 2017;7:143. 

9. Pamesti A reni. Absorbent Dressing Sponge Berbasis Alginat-Kitosan Berkurkumin Untuk Luka Derajat Eksudat Sedang-Besar. 2012;6–38

 

Keperawatan maritim

 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN 

DENGAN PENYAKIT DIARE


Oleh kelompok II

Anang Sastiana

S. 0017. P. 003


Ayu Astuti

S. 0017.P. 010


Indayanti Hudin

S.0017. P. 018


Noperialda Anggraeni .s

S.0017.P.028


Suramadhan

S.0017. P. 037


Riski aswilan

S. 0016. P. 025





SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KARYA KESEHATAN KENDARI

PRODI S1 KEPERAWATAN

KENDARI


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas berkat dan rahmat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga kami bisa  masih bisa menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Maritim  dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah yang telah memberi tugas ini sehingga kami  dapat mengetahui dan memahami isi makalah tersebut. 

Semoga dengan adanya makalah tersebut bisa memberi wawasan tentang pentingnya Profesi Perawat dalam Masyarakat khususnya kepada saya pribadi dan teman-teman sejawat saya dan kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan sehingga kami sangat mengharapkan kritikan terhadap pembaca guna kesempurnaan penulisan makalah berikutnya. Wassalamualaikum Wr Wb.







Kendari 26 -04;2020


    penulis





DAFTAR PUSTAKA

Contents

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR PUSTAKA iii

BAB  1 5

PENDAHULUAN 5

A. Latar Belakang 5

B. Tujuan penyusunan 10

C. Manfaat 10

BAB II 11

TINJAUAN TEORI 11

A. Definisi diare 11

B. Etiologi Penyakit Diare 12

C. Manifestasi Klinis Diare 15

D. Jenis-jenis diare 18

E. Patofisiologi diare 19

F. Pathway 22

G. Komplikasi 23

H. Pemeriksaan penunjang atau diagnostik 24

I. Penatalaksanaan 27

J. Pencegahan 30

K. Konsep pengkajian 32

L. Konsep diagnosa 33

M. Konsep intervensi 34

BAB III 35

ASUHAN KEPERAWATAN 35

A. Pengkajian 35

B. Rencana asuhan keperawatan 42

C. Implementasi dan evaluasi 43


BAB IV 45

PENUTUP 45

A. Kesimpulan 45

B. Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46






















DAFTAR TABEL

Nomor 

Judul 

halaman


Tabel 1

penyebab diare akut dan kronik pada bayi, anak anak dan remaja

14


Tabel 2

Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab

17


Tabel 3

Test labolatorium tinja yang digunakan untuk mendeteksi enteropatogen

25


BAB  1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diare dapat menyebabkan kematian nomer dua di dunia (WHO, 2013).

Salah satu target MDGs adalah menurunkan angka kematian pada anak, termasuk menurunkan angka kematian yang diakibatkan oleh diare. Jika pencegahan diare tidak dilakukan dengan cepat dan berkelanjutan, maka kemungkinan sebanyak 760.000 anak akan meninggal setiap tahunnya. Tetapi jika penanganan diare dilakukan dengan cepat dan tepat, maka jumlah kematian akan menurun setiap tahunnya. 1

Penyakit diare merupakan angka kematian yang tinggi di Negara berkembang. Kurang lebih 10 juta anak usia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya di dunia dan sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (Hardi, 2012).1

Diare akut merupakan penyakit di indonesia yang masih sangat tinggi.

Dengan penderita terbanyak adalah bayi dan balita. Dari hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh kementrian kesehatan pada tahun 2007, diare akut merupakan penyebab kematian bayi (31,4%) balita (25,2%).1

Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele penanganannya. Pada kenyataannya diare dapat menyebabkan gangguan sistem ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa diantaranya adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock hipovolemia, gangguan berbagai organ tubuh dan bila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Hal penting bagi perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negatif yang ditimbulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa sekitar 55% anak-anak di Indonesia terkena diare akibat infeksi EPEC. Gejala klinis diare yang disebabkan infeksi EPEC adalah diare yang berair sangat banyak yang disertai muntah dan badan sedikit demam.

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.

Diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, demikian juga di Jawa Tengah kasus diare masih tinggi, terutama pada anak-anak. Pada tahun 2015 kasus diare di wilayah kerja puskesmas Kedungmundu Semarang mencapai 1.523 kasus dengan 250 kasus (17%) yang terjadi pada anak usia 5-14 tahun. Kelompok usia tersebut merupakan kelompok usia anak sekolah dasar. Mencuci tangan secara tepat dengan menggunakan sabun dapat mengurangi risiko penyakit diare sebesar 42 sampai 47 %.2

Menurut WHO pada tahun 2011 diare merupakan penyebab kematian nomor 3 di dunia pada anak dibawah umur 5 tahun, dengan Proportional Mortality Rate (PMR) 1,7% setelah kematian neonatal 37% dan pneumonia 19%. Pada tahun yang sama, diare di asia tenggara juga menempati urutan nomor tiga penyebab kematian pada anak di bawah umur 5 tahun dengan PMR sebesar 18% 3

Di Sulawesi tenggara jumlah perkiraan kasus diare tertinggi berada dikabupaten Kolaka dengan jumlah perkiraan 13.958 kasus dan diare yang ditangani yaitu  49.16%. dan jumlah kasus tertinggi kedua berada dikota kendari dengan jumlah perkiraan 12.510 kasus, diare yang ditangani  49.75 %. Sementara urutan ketiga berada di kabupaten muna dengan jumlah 11.547 kasus, dengan diare yang ditangani 18.81 %. 4

Pemukiman kumuh kawasan yang menjadi tempat berkembangnya diare. Padahal diperkotaan seperti Jakarta, kawasan kumuh terus berkembang, karena semakin mahal dan terbatasnya lahan yang tersedia untuk pemukiman. Tidak teratur, kondisi ventilasinya buruk, dan sanitasi lingkungan tidak terlalu baik merupakan cirri pemukiman kumuh.

Lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat menjadikan kawasan kumuh sebagai kawasan yang rawan akan penyebaran penyakit. Lingkungan yang buruk menjadi penyebab berkembangbiaknya berbagai virus penyakit menular. Karena itu berbagai infeksi penyakit sering terjadi pada para penghuni kawasan kumuh. Penyakit menular yang sering dijumpai adalah diare, diikuti dengan penyakit infeksi lainnya seperti thypoid, ispa, penyakit kulit, campak, demam berdarah(DBD) (AstutiMSA,2002). Kelangkaan air bersih menjadi sebab utama pemicu penyakit ini. Gaya hidup yang jorok, tidak memperhatikan sanitasi menyebabkan usus rentan terhadap serangan virus diare.

Kebijakan keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang dilakukan terutama oleh perawat dengan tujuan agar dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan kepada pasien akan lebih aman, meliputi asesmen resiko,identifikasi dan pengelolaan resiko pasien, serta implementasi solusi untuk mengurangi terjadinya resiko dan mencegah timbulnya cedera yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian oleh perawat dalam melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang tepat. 





Tujuan penyusunan

Mahasiswa pengetahui proses terjadinya penyakit diare

Mahasiswa mengetahui cara mencegah diare

Mahasiswa mampu merumuskan rencana asuhan keperawatan pada penyakit diare

Manfaat

Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk materi kasus penyakit diare

Bagi ilmu pengetahuan keperawatan, makalah ini dapat dijadikan sebagai update reverensi mengenai kasus penyakit diare

Dan bagi masyarakat, makalah ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang penyakit diare.








BAB II

TINJAUAN TEORI

Definisi diare

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering ( biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari .1

Jadi dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak nomal yaitu lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus .1

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa sekitar 55% anak-anak di Indonesia terkena diare akibat infeksi EPEC. Gejala klinis diare yang disebabkan infeksi EPEC adalah diare yang berair sangat banyak yang disertai muntah dan badan sedikit demam.

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.

Etiologi Penyakit Diare

Infeksi Bakteri

Beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan menyebabkan diare, 1

Aeromonas

Bacillus cereus

Campylobacter 

Clostridium perfringens

Clostridium defficile

Escherichia coli

Plesiomonas shigeloides

Salmonella

Shigella 

Staphylococcus aureus

Vibrio cholera

Vibrio parahaemolyticus

Yersinia enterocolitica1

Infeksi virus

Beberapa virus yang menyebabkan diare yaitu 

Astrovirus

Calcivirus (Notovirus, Sapovirus)

Enteric adenovirus

Corona virus 

Rota virus 

Norwalk virus1

Faktor makanan

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.1 Contohnya pada orang yang tidak dapat mencerna komponen makanan seperti laktosa ( gula dalam susu).

Reaksi obat

Contoh antibiotic, obat-obat tekanan darah, dan antasida yang mengandung magnesium. 

Parasit

Parasit  yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap dalam sistem pencernaan. Contohnya Penyakit intestinal

Berikut golongan parasit :

Balantidium coli 

Blastocytis homonis

Cryptosporidium parvum

Entamoeba histolitica

Giardia lamblia

Isospora belli

Strongyloides stercoralis

Trichuris trichiura1

Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominal. Gangguan fungsi usus, seperti sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat bekerja secara normal 

Tabel  2.1 penyebab diare akut dan kronik pada bayi, anak anak dan remaja . 5

Jenis Diare

bayi

Anak-anak

remaja


akut

Gastroenteritis infeksi sistemik akibat 

pemakaian antibiotik

Gastroenteritis keracunan makanan 

Infeksi sistemik akibat 

Pemakaian antibiotik

Gastroenteritis keracunan makanan akibat pemakaian antibiotik


kronik

Pascainfeksi defisiensi disakaridase sekunder 

Intoleransi proteinsusu 

sindrom iritabilitas colon fibrosis kistik penyakit seliakus sindrom usus pendek buatan


Pascainfeksi defisiensi disakaridase sekunder sindrom iritabilitas kolon penyakit seliak intoleransi laktosa giardiasis

Penyakit radang usus intoleransi laktosa giardiasis penyalahgunaan laksatif (anoreksia nervosa)



Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada anak dan balita. Infeksi Rotavirus biasanya terdapat pada anak-anak umur 6 bulan–2 tahun (Suharyono, 2008). Infeksi Rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak-anak kecil dan merupakan infeksi nosokomial yang signifikan oleh mikroorganisme patogen. Salmonella, Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri patogen yang paling sering diisolasi. Mikroorganisme Giardia lamblia dan Cryptosporidium merupakan parasit yang paling sering menimbulkan diare infeksius akut (Wong dkk., 2009). Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru yaitu Norwalk virus. Virus ini lebih banyak kasus pada orang dewasa dibandingkan anak-anak (Suharyono, 2008). Kebanyakan mikroorganisme penyebab diare disebarluaskankan lewat jalur fekal-oral melalui makanan, air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat.5

Manifestasi Klinis Diare

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas,  tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran.

Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suariadi  :6

Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.

Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering.

Kram abnormal.

Demam.

Mual dan muntah

Anoreksia.

Lemah.

Pucat., Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat, dan tidak ada pengeluaran urin

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)

Gambar table 2.2 Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab

Gejala

klinik

rotavirus

shigella

salmonella

ETEC

EIEC

kolera


Masa tunas

17-72 jam

24-48 jam

6-72 jam

6-72 jam

6-72 jam

48-72 jam


panas

+

+ +

+ +

-

+ +

-


Mual

muntah

sering


jarang

sering

+

-

sering


Nyeri perut

tenesmus

Tenesmus kramp

Tenesmus kolik

-

Tenesmus kramp

_


Nyeri kepala

-

+

+

-

-

-


Lamanya sakit

5-7 hari

>7 hari

3-7 hari

2-3 hari

variasi

3 hari


Volume 

sedang

sedikit

sedikit

banyak

sedikit

banyak


Frekuensi 

5-10x/hr

>10x/hr

sering

sering

sering

sering


Konsistensi 

cair

lembek

lembek

cair

Lembek 

cair


Darah 

-

sering

kadang

-

+

-


Bau 

langu

±

busuk

+

tidak

Amis khas


warna

Kuning

hijau

Merah 

hijau

kehijauan

Tak berwarna

Merah

hijau

Seperti air 

Cucian beras


leukosit

-

+

+

-

-

-


Lain-lain

anoreksia

Kejang 

Demam ±

Sepsis ±

meteorismus

Infeksi 

sistemik

±



Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut. 



Jenis-jenis diare 

Diare akut

Diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak.1

Diare bermasalah

Diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, engan alat rumah tangga. diare ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedualergi protein susu sapi. Penularan secara fecal- oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang da atau ketiga bar muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.

Diare persisten

Diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa usus. penyebab diare persisten sama dengan diare akut.



Patofisiologi diare

Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti:

Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.

Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.

Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air yang benar.

Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, VirusNorwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan Infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising usus dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau agen infeksi. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan absorpsi air serta elektrolit terganggu. Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka ada upaya untuk segera mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon memproduksi mukus dan HCO3 yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi darah.

Proses terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya :

Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime (kuman)yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yangakhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkansystem transport aktif dalam usus halus, sel di dalam mukosa intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya cairan dan elekrtolit.Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinalsehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitasintestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.6

Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air dan eletrolit ke ronga usus yang dapat meningkatkan isirongga usus sehingga terjadilah Gastroenteritis.

Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampudiserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yangmengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yangkemudian menyebabkan Gastroenteritis.

Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristalticusus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yangdapat mnyebabkan Gastroenteritis (Hidayat Azis, 2006).














Pathway




Komplikasi

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik,isotonik atau hipertonik)

Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik. 

Mal nutrisi energi ,protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan

Renjatan atau syok hipovolemik.

Gangguan elektrolit

Hipernatremia Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh krena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman.1

Hiponatremia Anak dengan diare yang hanya minum dengan air putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130 mol/L).1

Hiperkalemia Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glikonas 10% 0,5 -1 ml/kgBB i.v. pelan - pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak jantung.1

Hipokalemia Dikatakan hipokalemia bila K < 3.5 mEq/L, koreksi dilakukan

menurut kadar K jika kalium 2,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5 Diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan selama 4 jam. Dosisnya: (3,5- kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24jam) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5- kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq/kgBB).1

Pemeriksaan penunjang atau diagnostik

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik : 

 Pemeriksaan tinja 

 Makroskopis dan mikroskopis

Pemeriksaan makroskopis 

Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare.meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal.1

Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi atau bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti : E.histolytica,B.coli dan T.trichiura.Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi E.histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis- garis darah pada tinja .Tinja yang berbau busuk didpatkan pada infeksi dengan salmonella , giardia cryposporidium dan strongiloides.1

Selain itu juga melihat hasil leukosit juga dapat menentukan penyebab dari diare. Shohibaturrohmah, (2016) Leukosit mempertahankan tubuh dari serangan penyakit dengan cara memakan (fagositosis) penyakit tersebut. Begitu tubuh mendeteksi adanya infeksi maka sumsum tulang akan memproduksi lebih banyak sel-sel darah putih untuk melawan infeksi.1

Gambar tabel 2.3 Test labolatorium tinja yang digunakan untuk mendeteksi enteropatogen

Test laboratorium

Mikroskopik : lekosit pada tinja

Organism atau identifikasi

Invasive atau bakteri yang memproduksi sitotoksin


Trophozoit, kista, oocysts, spora

G. lambilia, E histolytica, cryptospsoridium. I belli cylopspora  


Rhabditiform lava

Spiral atau basil gram (-) berbentuk s

Kuntur tinja : standar


Kultur tinja : spesial

Stongyloides

Campylobacter jejuni

E. coli shigella salmonella, campylobacter jejuni

y, entero colitica, V cholera v.

parahaemolyticus, C. Difficile, E coli, 0 157 : H7


Enzym imunoassi atau latex aglutinasi


Serotyping

Latex aglutinasi setelah broth

Test yang dilakukan dilaboratorium riset

Rotavirus, G. lambilia, enteric adenovirus C, difficile 

E.colli O 157 : H7, EHEC,EPEC

Salmonella, shigella

Bakteri yang memproduksi toksin, EIEC, EAEC,PCR untuk  genus yang virulen 



Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat memberi informasi tentang penyebab diarre, letak anatomis serta adanya proses peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang mnyerang mukosa kolon. Lekosit yang positif ada pemeriksaan tinja yang menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin seperti shigella , salmonella, C. Jejuni, EIEC, C.Difficile,Y.enterocolitica, V. Parahaemolyticus dan kemungkinan aeromonas atau P.shigelloides.lekosit yang ditemukan pada umumnya adalah lekosit PMN, kecuali pada S. Typhii lekosit monokulear. Tidak semua penderita kolitis terdapat lekosit pada tinjanya, pasien yang terinfeksi dengan E. Histolytica pada umunya lekosit pada tinja minimal.

Biopsi duodenum adalah metoda yang spesifik dan sensitif untuk diagnosis giardiasis, strongylodiasis dan protozoa yang membentuk spora E. Hystolitica dapat didiagnosis dengan pemeriksaan mikroskopik tinja segar. Trophozoit biasanya ditemukan pada tinja cair sedangkan kista ditemukan pada tinja yang berbentuk. Tehnik konsentrasi dapat membantu untuk menemukan kista amuba. Pemeriksaan serial mungkin diperlukan oleh karena ekskresi kista sering menjadi intermiten. Sejumlah tes serologis amubiasis untuk mendeteksi tipe dan sekresi antibodi juga tersedia. Serologis tes untuk amuba hampir selalu positif pada disentri amuba akut dan amubiasis hati.1

pH dan kadar gula dalm tinja

Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme penyebabnya, dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

Pemeriksaan labolatorium :

Darah meliputi : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.

Urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. f)

Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit, secara kuantitatif, terutama pada pnderita diare kronik1

Penatalaksanaan

Terapi

Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare

bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit,yaitu:

Rehidrasi dengan menggunkan oralit baru. 

Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut. Zinc

Zinc mengurangi lama dan berat diare. Zinc juga dapat

mengembalikan nafsu makan anak. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.

Dosis zinc pada anak: Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) per hari Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1 tablet)per hari Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare.1

Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutakn pada air matang, ASI, atau

oralit.Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.1

ASI dan makanan tetap diteruskan.

sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu yang sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta mengganti nutrisi yang hilang.Pada diare berdarah mafsu makan akan berkurang.Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan.1

Kolostrum atau ASI mengandung zat kekebalan tubuh terutama ig A untuk melindungi bayi dari berbagai jenis penyakit infeksi terutama diare, segi aspek imunologik ASI mengandung zat anti infeksi yang kadarnya cukup tinggi, sektori ig A tidak dapat diserap tapi dapat melumpuhkan bakeri patogen E.Coli dan berbagai virus terutama di saluran cerna.Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.1

ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang abru lahir secara penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada 6 bulan pertama kehidupannya, resiko mendapatkan diare adalah 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI. Bayi yang memperoleh ASI mempunyai morbiditas dan mortalitas diare lebih rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB) mempunyai resiko lebih tinggi dibanding dengan bayi yang mendapat susus tambahan juga mendapat ASI, dan keduanya mempunyai risiko diare lebih tinggi dibanding dengan bayi yang sepenuhnya mendapatkan ASI. Risiko relatif ini tinggi dalam bulan- bulan pertama kehidupan.1

Antibiotik selektif

Antibiotik jangan diberikankecuali ada indikasi misalnya diare

berdarah atau kolera.

Nasihat kepada orang tua.

Nasehat pada ibu atau pengasuh : kembali jika demam, tinja

berdarah, berulang makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. Terapi menurut derajat dehidrasi :

Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan). Tindakan: Untuk mencegahdehidrasi,beri anak minum lebih dari biasanya. ASI (Air Susu Ibu) diteruskan – makanan diberikan seperti biasanya. Bila keadaan ank bertambah berat, segera bawa ke puskesmas terdekat.1

Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan atau sedang. Tindakan:

Berikan oralit, ASI (Air susu ibu) diteruskan, Teruskan pemberian makanan, Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang, Bila tidak ada perubahan segera bawa ke puskesmas terdekat, 

Pada anak yang mengalami dehidrasi berat. 

Segera bawa ke rumah sakit / puskesmas dengan fasilitas perawatan. Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum. 

Pencegahan

Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara: 

Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya penyegahan diare yang terbukti efektif meliputi:

a). Pemberian ASI yang benar.

b). Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI. 

c). Penggunaan air bersih yang cukup. 

d). Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air          besar dan sebelum makan.

e). Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota        keluarga.

f). Membuang tinja bayi yang benar. 

Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu( host) Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menngkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi resiko diare antara lain:

a). Memberi ASI paling tidak usia 2 tahun. 

b). Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makanan      dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.

c). Imunisasi campak. Akhir-akhir ini banyak diteliti tentang peranan       probiotik dan prebiotik dalam pencegahan diare.1














Konsep Pengkajian

pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, ,mental, sosial, maupun spiritual dapat ditentukan .1

Identitas klien 

Tanggal pengkajian : Identitas penanggung jawab :

Tanggl MRS : Nama :

No. RM : usia :

Nama : pendidikan :

Umur : pekerjaan :

Jenis kelamin : agama :

Alamat : alamat :

Diagnosa medis : hubungankeluarga :

Keluhan utama : Diare / lebih dari biasanya

Riwayat penyakit sekarang

Terdapat beberapa keluhan, pemulaan mendadak disertai dengan muntah dan feses dengan volume yang banyak, konsistensi cair, muntah ringan atau sering dan gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat dan nafsu makan menurun.1

Riwayat penyakit dahulu Sebelumnya

Riwayat perkembangan anak

Riwayat persalinan

Imunisasi

Lingkungan rumah dan komunitas

Pola fungsional kesehatan 

Pola nutrisi dan metabolic

Pola eliminasi : Pada

Pola aktifitas :

Personal hygiene: mengalami gangguan karena sering BAB

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum klien : klien lemah, panas, muntah dan diare, composmentis

Pemeriksaan TTV

Konsep Diagnosa

Kekurangan  volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare  Kode : D.00027

Difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber pengetahuan Kode :. D.00126  .

Kriteria hasil

1.  kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare Kode : D.00027

Tingkat ketidaknyamanan (2109)

Dengan kriteria hasil :

a. muntah

b. mual

c. diare

2. difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber pengetahuan Kode : D.00126  .

Pengetahuan proses penyakit (1803)

Dengan kriteria hasil :

a. tanda dan gejala komplikasi penyakit

b. manfaat manajemen penyakit

c. faktor resiko

Konsep Intervensi

Kekurangan  volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare 

Manajemen elektrolit/cairan (2080)

a. berikan cairan yang sesuai 

b. berikan serat yang diresepkan untuk pasien dengan selang makan, untuk mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare.

c. timbang berat badan harian dan pantau gejala

d. monitor tanda-tanda vital yang sesuai

e. pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan

Difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber pengetahuan


Pendidikan kesehatan (5510)

1. tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat ini pada individu, keluarga dan kelompok sasaran.

2. bantu individu keluarga, dan masyarakat untuk memperjelas keyakinan dan nilai-nilai kesehatan

3. ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak perilaku yang tidak sehat atau beresiko dari pada memberikan saran untuk menghindari atau mengubah perilaku.















BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Contoh kasus

seorang ibu membawa anaknya ke rumah sakit yang berusia 8 bulan,dengan keluhan Ibu klien mengatakan sebelum dibawa kerumah sakit kurang lebih 2 hari mengalami mencret, dalam satu hari lebih dari 6x cair dan berlendir dan muntah selama dua hari kurang lebih 5x. Pasien datang kerumah sakit dengan rujukan dari rumah sakit wijaya kusuma dengan gangguan GEA dehidrasi dan vomitus dan disarankan untuk di lakukan pemberian cairan serta dilakukan rawat inap. Saat di IGD pasien di berikan cairan infus KAEN 32tpm, pasien muntah 1x saat setelah diberikan ASI. BAB pasien saat di IGD sampai di bawa ke ruangan pasien baru di ganti diapers sebanyak 4x dengan konsistensi cair dan berlendir, BAB dan BAK di dalam diapers.

Biodata pasien 

Nama : An. A

Tanggal lahir : 06 november 2016

Umur : 8 bulan 6 hari

Jenis kelamin : perempuan

BB : 7,2 kg

PB/TB : 60 cm

Alamat : alian

Agama : islam

Pendidikan :

Suku bangsa : Tolaki

Diagnosa : GEA dehidrasi sedang

Identitas penanggung jawab

Nama : Ny. H

Umur : 24 th

Jenis kelamin : perempuan

Pekerjaan ibu :  rumah tangga

Hubungan : ibu kandung

Keluhan utama : BAB cair dan berlendir.

Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Ibu klien mengatakan sebelum dibawa kerumah sakit kurang lebih 2 hari mengalami mencret, dalam satu hari lebih dari 6x cair dan berlendir dan muntah selama dua hari kurang lebih 5x. Pasien datang kerumah sakit dengan rujukan dari rumah sakit wijaya kusuma dengan gangguan GEA dehidrasi dan vomitus dan disarankan untuk di lakukan pemberian cairan serta dilakukan rawat inap. Saat di IGD pasien di berikan cairan infus KAEN 32tpm, pasien muntah 1x saat setelah diberikan ASI. BAB pasien saat di IGD sampai di bawa ke ruangan pasien baru di ganti diapers sebanyak 4x dengan konsistensi cair dan berlendir, BAB dan BAK di dalam diapers.

Riwayat kesehatam dahulu

Ibu klien mengatakan An. AL sebelumnya belum pernah mengalami atau menderita diare dan baru kali ini dirawat dirumah sakit karena penyakit diare.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Saat pengkajian diperoleh data bahwa anggota keluarga klien yaitu dari ibu pernah mengalami penyakit diare kurang lebih 1 minggu yang lalu tetapi tidak sampai dirawat dirumah sakit.



Riwayat imunusasi

Keluarga mengatakan anak sudah mendapat imunisasi HB 0,BCG, DPT I,II,III, polio I,II,III,IV, MMR.

Riwayat tumbuh kembang

Pertumbuhan : Berat badan saat ini 7,2 kg, gigi klien sudah tumbuh depan dan bawah 4 di tambah samping atas 1 buah. Perkembangan : Anak sudah bisa belajar tengkurap sendiri, dapat menggeleng-gelengkan kepala, bisa memegang roti serta memasukanya sendiri, bisa mengungkapkan rasa gembira atau sedihnya dengan berteriak dan lain-lain sesuai pengkajian KPSP umur 6 bulan

Genogram











Kebutuhan cairan

Hasil Penghitungan Balance Cairan An. AL mulai dari tanggal 12-14 Juli 2017








 Kebutuhan kalori

Rumus : BB x 100 

:  7,2 x 100 

:  720 kkal

Pola pengkajian Gordon

1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan 

Keluarga klien mengatakan bahwa kesehatan sangatlah penting khususnya An. AL karena masih balita. Saat mengetahui anaknya mengalami mencret, muntah serta demam klien langsung dibawa ke dokter terdekat, kelurga juga mengatakan saat membersihkan BAB pada klien yaitu dengan air hangat atau tissu basah serta gerakan dimulai dari belakang kedepan.

2). Pola Nutrisi dan Metebolik 

Sebelum sakit An. AL makan sesuai porsi yang diberikan oleh ibunya 3x/hari selalu habis dan terkadang lebih, jenisnya nasi yang dihaluskan, kuah sayuran,lauk dan ASI. Selama sakit An. AL rasa haus meningkat, An. AL hanya mau minum ASI sehari kurang lebih 5x, serta air putih 3 botol dot ukuran 60 ml dan tidak nafsu makan.

3). Pola Eliminasi Sebelum sakit ibu pasien mengatakan pasien BAB sehari kurang lebih 3x dengan konsistensi lembek warna kuning bau khas, BAK sehari kurang lebih 5x dengan warna kuning bau khas. Saat sakit Ibu klien mengatakan An. AL 2 hari SMRS mengalami diare kurang lebih 5x BAB cair tidak bercampur darah, muntah pada hari 2 SMRS kurang lebih 3x. Saat diruangan An. A BAB lebih dari 5x dengan konsistensi cair dan terdapat lendir dan sudah ganti diapers selama 4x, dengan berat 500 c. Untuk BAK An. AL tidak terkaji karena di pasang diapers.1

4). Pola Aktivitas dan Latihan Sebelum

5). Pola Istirahat dan Tidur Sebelum

6). Pola Persepsi dan Kognitif Klien

B.  Analisa Data

Nama : An.a

Diagnosa : GEA dehidrasi sedang

Umur : 8 bulan 6 hari

No

Data

etiologi

problem



DS : 

Ibu klien mengatakan An. A mencret ± 2 hari dan dalam satu hari mencret lebih dari 5 kali cair.

Saat dikaji pasien BAB sebanyak kurang lebih 5x dengan konsistensi cair dan berlendir.

Ibu klien mengatakan anaknya sering meminta minum ASI maupun air putih.

DO :

-Akral hanyat

-pasien sering rewel

-pasien terlihat lemas

-TTV : suhu : 37 0C.  RR : 18 x/menit,   Nadi : 99 x/menit.


Kehilangan cairan aktif

Kekurangan Volume cairan



DS : 

Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit diare masih kurang, terutama pada penanganan saat dirumah, tanda dan gejala serta penyebab dari penyakit diare.

DO :

Jawaban dari kuisioner yang diberikan pada peneliti keluarga hanya mendapat skor 5 dari 14 pertanyaan.

kriteria kuisioner keluarga An. A pengetahuan tentang penyakit diare masih sangat rendah.

Kurangnya sumber pengetahuan

Difisiensi  pengetahuan



C. Diagnosa keperawatan

1.  kekurangan  volume cairan b.d Kehilngan cairan sekunder terhadap diare. Kode : D.00028

2. difisiensi pengetahuan b.d kurangnya sumber pengatahuan Kode : D.00126




Rencana asuhan keperawatan

Nama inisial : An.a diagnosa medis : GEA dehidrasi sedang

Umur : 8 bulan 6 hari no. register :

diagnosa

Tujuan dan Kriteria hasil(NOC)

Intervensi (NIC)


Domain : 2 nutrisi

Kelas : 5 hidrasi

Kode : 00027

kekurangan volume cairan b.d Kehilngan cairan sekunder terhadap diare.

Ditandai dengan

DS : 

Ibu klien mengatakan An. A mencret ± 2 hari dan dalam satu hari mencret lebih dari 5 kali cair.

Saat dikaji pasien BAB sebanyak kurang lebih 5x dengan konsistensi cair dan berlendir.

Ibu klien mengatakan anaknya sering meminta minum ASI maupun air putih.

DO :

-Akral hanyat

-pasien sering rewel

-pasien terlihat lemas

-TTV : suhu : 37 0C.  RR : 18 x/menit,   Nadi : 99 x/menit.


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam/menit dapat diatasi sebagai berikut :

Tingkat ketidaknyaman (2109)

Dengan kriteria hasil 

(210928) muntah skala 2 menjadi 5

(210929) mual skala 2 menjadi 4

(210930) diare skala 2 menjadi 4

Manajemen elektrolit/cairan (2080)

1. berikan cairan yang sesuai

2. berikan serat yang diresepkan untuk pasien dengan selang makan untuk mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare

3. timbang berat badan harian dan pantau gejala

4. monitor tanda-tanda vital

5. pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan


Domain : 5

Kelas : 4

Kode : 00126

difisiensi pengetahuan b.d kurangnya sumber pengetahuan

Ditandai dengan :

Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit diare masih kurang, terutama pada penanganan saat dirumah, tanda dan gejala serta penyebab dari penyakit diare.

DO :

Jawaban dari kuisioner yang diberikan pada peneliti keluarga hanya mendapat skor 5 dari 14 pertanyaan.

kriteria kuisioner keluarga An. A pengetahuan tentang penyakit diare masih sangat rendah.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam/menit. Dapat di atasi sebagai berikut

Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya sumber pengetahuan  

Pengetahuan proses penyakit (1803)

dengan kriteria hasil sebagai berikut. 

(180310) tanda dan gejala komplikasi penyakit skala 2 menjadi skala 5

(180315) manfaat manajemen penyakit sakal 2 menjadi skala 4

(180304) faktor resiko skala 2 menjadi skala 5

Pendidikan kesehatan (5510)

1. tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat ini pada individu, keluarga, atau kelompok sasaran.

2. bantu individu, keluarga dan masyarakat untuk memperjelas keyakinan dan nilai nilai kesehatan 

3. ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak perilaku yang tidak sehat atau beresiko dari daripada memberikan saran untuk menghindari atau mengubah perilaku




E. Implementasi 

Hari/tanggal

Implementasi 

Evaluasi 


Senin 13 juni 2020

-melakukan pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi 

-memberikan obat paracetamol,ampicilin.

Melakukan pengukuran TTV pasien

-mencatat intake dan autput cairan pada pasien.

-

S : ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak mengalami diare, BAB berbentuk lembek.

O : sering minum

Keadaan pasien, terlihat lemas BAB pasien dengan konsistensi lembek dan berbentuk ampas.

Suhu : 365C, RR: 23x /menit, Nadi : 99 x/menit

BC 97,8 cc/jam

A : intervensi belum teratasi

P : lanjutkan intervensi


Senin 13 juni 2020

Melakukan penyuluhan tentang penyakit diare

S : Keluarga mengatakan pengetahuan tentang penyakit diare bertambah terutama tentang penangan, tanda dan gejala serta penyebab dari penyakit diare.

O : 

- keluarga pasien sudah di berikan penyuluhan tentang penyakit diare.

-keluarga pasien melakuan pengisian kuisoner tentang penyakit diare

A. Masalah deficit keperawatan  teratasi

P. intervensi dihentikan.







BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa sekitar 55% anak-anak di Indonesia terkena diare akibat infeksi EPEC. Gejala klinis diare yang disebabkan infeksi EPEC adalah diare yang berair sangat banyak yang disertai muntah dan badan sedikit demam.

Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele penanganannya. Pada kenyataannya diare dapat menyebabkan gangguan sistem ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa diantaranya adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock hipovolemia, gangguan berbagai organ tubuh dan bila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Hal penting bagi perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negatif yang ditimbulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.

Asuhan keperawatan pada makalah ini seperti pada asuhan keperawatan yang lainya yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Dan asuhan keperawatan pada makalah ini dalam menentukan diagnosa, kriteria hasil, dan intervensi menggunakan NANDA NIC NOC 


Saran

Bagi mahasiswa, asuhan keperawatan pada makalah ini dapat dijadikan konsep dalam  pembuatan asuhan keperawatan yang update

Makalah ini juga dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang hipertensi 

Bagi ilmu keperawatan, makalah ini dapat juga dijadikan salah satu referensi untuk menambah ilmu mengenai hipertensi 





























DAFTAR PUSTAKA

1. i gede wisnu paramadita.______. Ekp. 2017;13(3):1576-1580.

2. Masyarakat JK. Fakto Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun. Vol 4.; 2016.

3. Saputri N. H UBUNGAN F AKTOR L INGKUNGAN D ENGAN K EJADIAN D IARE. J Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. 2019;10(1):101-110. doi:http://dx.doi.org/10.26751/jikk.v10i1.619

4. Bab I. PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2012. 2012.

5. Diare  asuhan keperawatan. Hubungan Persepsi Pendidikan. 2016:23-45.

6. Carpenito. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN. 2000.